Sebelum menemukan formulasi tempe himetan, Dinta terlebih dahulu membuat tempe dari satu jenis kacang. Selain kacang hijau, kacang merah, dan kacang tanah, Dinta mengaku pernah mencoba membuat tempe dari petai cina. Namun hasilnya menurut Dinta tidak memuaskan karena tampilan yang tidak cukup cantik. Dinta meyakini penampilan sebuah makanan menjadi nilai selain dari rasanya yang enak.
Dinta mengaku mulai berani mengklaim bahwa tempe himetan bermanfaat menjadi alternatif makanan pengidap diabetes setelah ia melakukan percobaan awal yang dilakukan pada mencit atau tikus di sebuah laboratorium.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa tikus yang sudah diinjeksi dengan glukosa kemudian diberikan ekstrak tempe menunjukkan signifikansi yang baik dari segi kadar gula. “Maka dari itu saya berani bilang tempe himetan memiliki efek untuk menurunkan kadar gula darah setelah hasil laboratorium itu keluar,” katanya.
Potensi Dinta dalam melakukan penelitian terlihat oleh guru mata pelajaran Kimia pada saat SMA. Sejak saat itu, Dinta dibimbing untuk mengikuti perlombaan. Penelitian tempe himetan ini pun berlanjut saat menjadi mahasiswa FKK UMJ.
Baca Juga: Tingkatkan Pengasuhan 1000 HPK, DP3AP2KB Kabupaten Bogor Laksanakan Peningkatan Kapasitas Kader BKB
Hal ini juga diakui oleh dosen pembimbing Dinta selama meneliti tempe himetan di FKK UMJ yaitu dr. Resna Murti Wibowo, Sp.PD., FINASIM, M.Kes. Ia menilai Dinta memiliki potensi dan kemampuan di atas rata-rata mahasiswa FKK UMJ pada umumnya karena tidak hanya fokus menyelesaikan studi tapi juga mengarah untuk menjadi peneliti dan cendekiawan.
Penemuan Dinta ini dinilai Resna sebagai bagian dari jihad karena berupaya membuktikan khasiat sebuah makanan secara ilmiah. “Kalau obat-obatan herbal itu kebanyakan bukti empiris. Target penelitian ini menegakkan secara bukti ilmiah. Pada saat kita membenarkan secara bukti ilmiah, itu jalan jihad,” kata dokter yang tergabung dalam Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Herbal Medis Indonesia (PDHMI).
Berdasarkan hasil penelitian, Resna mengatakan bahwa tempe himetan ini dapat disebut sebagai obat herbal. Sebagaimana konsep obat herbal yaitu apa yang dimakan adalah obat dan obat adalah sesuatu yang dimakan. Maka Resna menyimpulkan tempe himetan sudah terbukti secara obat herbal.
Lebih lanjut, Resna menjelaskan bahwa penelitian ini dapat dilanjutkan untuk menguji kandungan anti kolesterol, anti kanker, dan sebagainya. Selain menjadi makanan yang tergolong dalam struktur gizi, Tempe himetan ini juga sudah dapat dilakukan ekstraksi untuk menjadi obat dan menjadi alternatif obat diabetes melitus tipe 2 yang jauh lebih murah.
Baca Juga: Warga Jakarta Doakan Prabowo Jadi Presiden: Semangat, Pak Prabowo Jadi Pak!
Resna menegaskan bahwa penyakit yang basis kerusakannya di pankreas ini memungkinkan juga disebabkan oleh kerusakan di organ lain seperti usus, lambung, otot, saraf maupun ginjal. Dalam teori kedokteran dikenal dengan egregious eleven yaitu sebelas organ yang berperan penting dalam terjadinya hiperglikemia. Oleh karenanya pengobatan pada pengidap diabetes melitus juga bersifat kompleks dan komprehensif dan dianjurkan untuk tidak berfokus pada obat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah emosi, pola makan, aktivitas.
Apabila hanya fokus pada obat, maka biaya pengobatan akan semakin mahal. “Jadi kita cari alternatif lain yang nyaman untuk pasien. Intinya pasien diabetes melitus harus dibuat nyaman. Kita harus bersahabat pada pasien diabetes melitus. Salah satunya dengan makanan seperti tempe himetan ini yang jauh lebih murah dan mudah dikonsumsi,” ungkapnya.
Melalui inovasinya, Dinta meraih prestasi di berbagai ajang perlombaan internasional. Prestasi tersebut yaitu medali emas dalam Internasional Science Invention Fair di Denpasar, medali perak dalam Internasional Young Scientist Innovation Exhibition di Mandarin Malaysia pada 2019, medali emas dalam Indonesian Invention and Innovation Promotion Association di Taman Mini Jakarta pada 2019 (Special Award from Malaysia), finalis dalam Science Project Award di UNS 2019, medali Perunggu dalam Thailand Inventor’s Day 2023, dan medali emas dalam WSEEC 2023 di Universitas Pancasila Jakarta, Best Poster Award IYSA Grand Award.