Edisi.co.id - Pengurus Pusat Komite Pencak Silat Tradisi Indonesia (KPSTI) bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (KEMENDIKBUD-RISTEK DIKTI), menyelenggarakan kegiatan Sarasehan Pencak Silat Nasional Tahun 2024 dengan tema "Menimbang Tradisi Pencak Silat Pasca Diakui UNESCO" sekaligus pengukuhan PP-KPSTI.
Kegiatan tersebut diselenggarakan selama dua hari, Sabtu dan Minggu, 24-25 Agustus, yang berlangsung
di Gedung Serba Guna, Padepokan Pencak Silat, Taman Mini, Jakarta Timur. Kegiatan ini dihadiri oleh tokoh-tokoh pencak silat nasional, diantaranya Eddie Marzuki Nalapraya, (Bapak Pencak Silat Dunia)
Dalam sambutannya Eddie Nalapraya berpesan, bahwa pencak silat harus dikelola dengan baik dan benar agar bisa terus mendunia. Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta (1984-1987) kelahiran Tanjung Priok, 6 Juni 1931 ini disebut sebagai ‘Bapak Pencak Silat Dunia’ karena kontribusinya yang besar kepada Pencak Silat, olahraga bela diri asli kebanggaan bangsa Indonesia.
"Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda jika tidak dikelola dengan baik, UNESCO dapat mencabut itu, semoga dengan adanya KPSTI, pencak silat tradisi Indonesia, bisa menjadi semakin baik lagi," ujar Eddie Nalapraya, Minggu (25/8/2024).
“Dulu silat dibilang olahraga kampungan, Namun sekarang bisa mengharumkan nama bangsa Indonesia," pungkas Eddie Nalapraya.
Baca Juga: Bhabinkamtibmas Pulau Tidung Sambangi Warga, Ajak Waspada Hoax dan Isu SARA Jelang Pilkada 2024
Di usianya yang tidak lagi muda (93 tahun), Eddie Nalapraya masih tetap semangat jika terkait urusan pencak silat, meskipun sekarang Ia sudah duduk di atas kursi roda, hal ini terbukti saat sesi foto bersama seluruh peserta sarasehan, Eddie Nalapraya tampak masih bisa memamerkan jurus-jurus silatnya sambil berpose. Bahkan beliau masih hafal para sahabatnya yang dulu berjuang bersama-sama mengembangkan pencak silat seni beladiri Indonesia agar diakui dunia.
Sarasehan ini dihadiri oleh seluruh para pengurus cabang (Pengcab) IPSI, diantaranya dari DKI, Sumatera Barat, dan dari Pekan Baru, acara berjalan sangat menarik. Dengan menghadirkan empat orang pembicara kunci, yaitu Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbudristek, Dr Restu Gunawan, M.HUM, Wakil Ketua Umum PB IPSI, Drs Tunas Dwidharto. SH, Ketua Umum KPSTl, Dr. Nur Ali, M.Pd, dan Itje Chodijah, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia Untuk UNESCO, dan dipandu oleh dua orang moderator, yaitu Drs.Yusron Syarif (Ketua Umum ASTRABI) dan Wahdat.,MY.,S.Sn.,M.M.
Sebagai pembicara pertama, Itje Chodijah menyampaikan paparannya mengenai action kita setelah pencak silat menerima penghargaan oleh UNESCO. Seperti diketahui, UNESCO secara resmi telah menetapkan Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Selain karena faktor sejarah, pencak silat diusulkan karena memiliki dampak positif terhadap perkembangan karakter masyarakat.
Penetapan tersebut dilakukan saat sidang ke-14 Intergovernmental Commitee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Bogota, Kolombia.
Sidang tersebut sepakat menetapkan bahwa pencak silat masuk ke dalam UNESCO Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.
"Jadi sekarang ini tugas kita adalah bagaimana menjawab kepercayaan yang telah diberikan oleh UNESCO, semoga saja dengan adanya KPSTI kedepannya pencak silat dapat semakin kuat, dan KPSTI akan mempunyai kontribusi yang besar dalam upaya pelestarian pencak silat," ucap Itje.
Sementara itu, Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbudristek, Restu Gunawan, dalam sambutannya mengatakan, bahwa Kemendikbudristek berencana mengintegrasikan pencak silat ke dalam pendidikan karakter seperti kegiatan ekstrakurikuler ataupun festival kompetisi. Semuanya dilakukan sebagai bagian dari upaya pelestarian pencak silat sendiri.
"Pelestarian kan paling efektif kalau kita pakai kita gunakan kalo kita aktifkan dalam bentuk kegiatan kegiatan," ujarnya.
Baca Juga: Bhabinkamtibmas Pulau Pramuka Ajak Warga Waspada Hoax di Media Sosial Jelang Pilkada 2024