berita

Pembina Yayasan PCI Sikapi Kebijakan Kontroversial Gubernur KDM: Upaya Inovasi Pendidikan SMP Prima Cendekia Islami

Jumat, 8 Agustus 2025 | 12:51 WIB
Ketua Yayasan Prima Cendekia Islami (PCI), Prof Dadan Wildan - Foto: Henri Lukmanul Hakim



Edisi.co.id, Jakarta - Tahun ajaran baru 2025-2026 di Jawa Barat diwarnai berbagai kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) yang menimbulkan pro dan kontra. Sejumlah kebijakan yang menuai perdebatan, antara lain pelarangan study tour dan wisuda di luar sekolah, pelarangan PR (Pekerjaan Rumah), pengiriman siswa bermasalah ke barak militer, pemberlakuan jam malam pukul 21.00, jam masuk sekolah pukul 06.30, hingga penambahan jumlah siswa maksimal 50 orang per kelas di sekolah negeri.

Menanggapi hal tersebut, Pembina Yayasan Pendidikan Prima Cendekia Islami (PCI), Prof. Dr. Dadan Wildan, memahami dan mengapresiasi kebijakan KDM.

Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan bentuk tanggung jawab gubernur untuk mengayomi dan memberikan pemerataan pendidikan bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang kurang mampu.

Baca Juga: Cegah Narkoba Di Kalangan Remaja, BNN Edukasi Maba UI

“Setiap kebijakan yang diambil, tidak akan dapat memuaskan semua pihak. Pasti ada pro dan kontra. Bagi saya, kebijakan KDM yang seakan melawan arus, pada tahap awal akan menimbulkan reaksi,” ujar Prof. Dadan kepada edisi.co.id, Jumat (8/8/2025)/

Prof Dadan yang juga menjabat Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan dan Pembangunan Sumber Daya Manusia Sekretariat Wakil Presiden, menambahkan, sebagai pengelola sekolah, Yayasan Pendidikan PCI merespons kebijakan KDM dengan berbagai penyesuaian.

Ia meyakini, niat KDM itu baik. Tidak ada satupun pemimpin yang ingin menyusahkan rakyatnya.

Baca Juga: Telisik Syarat Mutlak Presiden Prabowo soal Ibu Kota RI agar Dapat Segera Pindah ke Kawasan IKN

Pembinan Yayasan PCI, Prof. Dadan Wildan juga menjelaskan inovasi pembelajaran di SMP PCI

Sejak berdiri pada 2021, SMP PCI tidak mengadakan study tour atau piknik akhir tahun. Sebagai gantinya, mereka menyelenggarakan rihlah ilmiah dengan tujuan yang jelas.

Siswa kelas 7 mengunjungi lembaga pemerintahan di Jakarta, kelas 8 ke Yogyakarta, sementara kelas 9 melakukan kunjungan ke Singapura dan Malaysia, termasuk mengunjungi Kedutaan Besar RI.

Rihlah ini tidak bersifat wajib dan biaya tidak dibebankan bagi siswa yang tidak ikut. Guru pembimbing pun dibatasi hanya sebagai pendamping.

Baca Juga: Prabowo: Cadangan Pangan Indonesia Terbesar Sepanjang Sejarah

Selain kegiatan belajar formal, SMP PCI menyiapkan berbagai kegiatan akademik dan non-akademik, seperti:

  • Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS)
  • Scout Camp
  • Latihan Dasar Kepemimpinan (bagi pengurus OSIS)
  • Malam Bina Insan PCI (MABIP)
  • Pesantren Ramadhan
  • Qur’an Camp, Talent Camp, Academic Camp
  • Friday Inspiring Women (khusus siswi, dilaksanakan saat siswa laki-laki salat Jumat)
  • Sekolah Alam di Warnasari Pangalengan

Salah satu kegiatan unggulan SMP PCI adalah PCI Serial Lecture, sebuah kuliah umum dari para profesor, doktor, pejabat negara, hingga praktisi. Dalam dua tahun terakhir, beberapa tokoh terkemuka telah menjadi pembicara, seperti Prof. Dr. Atip Latifulhayat (Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah), Letjen TNI Arif Rahman (mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat), Irjen Pol. Suntana (Kapolda Jawa Barat), serta Bupati dan Wakil Bupati Bandung.

Pada 29 Agustus 2025 mendatang, PCI Serial Lecture akan kembali digelar dengan menghadirkan KH. Dr. Aam Amirudin, Lc., M.Si., Ketua Yayasan Percikan Iman. Prof. Dadan menambahkan bahwa mereka juga pernah mengundang pakar Al-Qur’an dari Kairo, Syekh Mohammed Al-Ghoul dari Palestina, dan tiga mahasiswa dari Tajikistan.

Halaman:

Tags

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB