Edisi.co.id, Jakarta - Maulid Nabi Muhammad SAW bukan sekadar perayaan kelahiran Nabi, melainkan juga menjadi momentum bagi kita untuk senantiasa meneladani akhlak dan polakepemimpinannya.
Rasulullah SAW hadir ke dunia bukan hanya sebagai pembawa risalah tauhid, melainkan juga sebagai pemimpin umat yang menuntun manusia menuju cahayakebenaran. Bagi bangsa Indonesia, peringatan Maulid Nabi seyogianya dijadikan sebuahrefleksi untuk merenungi dan menghadirkan sosok pemimpin yang mencontoh sifat, karakterdan prinsip kepemimpinan ala Rasulullah SAW.
Al-Qur'an telah menegaskan bagaimana pentingnya amanah dalam kepemimpinan. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusiasupaya kamu menetapkan dengan adil...” (QS. An-Nisa: 58). Ayat ini menegaskan kepadakita bahwa kepemimpinan bukanlah sekadar kekuasaan, melainkan amanah yang harus di jalankan dengan penuh tanggung jawab.
Baca Juga: Ketua Umum PP PERSIS Ajak Masyarakat Jaga Kedamaian dan Persatuan Bangsa
Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda: "Setiapkalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yangdipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Momentum Maulid ini mengingatkan kita bahwa setiap bentuk kepemimpinan, mulai darikeluarga, masyarakat, hingga negara, memiliki konsekuensi di hadapan Allah SWT.
Kepemimpinan Rasulullah SAW ditopang oleh empat sifat utama: sidiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran), dan fathonah (cerdas). Sifat-sifatinilah yang seharusnya menjadi teladan utama bagi kita bangsa Indonesia dalam mencari dan mendidik pemimpin yang ideal.
Kejujuran Rasulullah menjadikan beliau dijuluki Al-Amin jauh sebelum diangkat menjadiNabi dan Rasul. Sifat Amanah beliau terlihat dalam setiap kebijakan yang selalu berpihakpada kepentingan umat. Transparansi dan komunikasi beliau melalui sifat tablighmemberikan ruang partisipasi bagi masyarakat.
Baca Juga: KCIC: 11 Juta Orang Telah Gunakan Whoosh, Di Hari Pelanggan Nasional Bagikan Ribuan Merchandise Eksklusif
Sedangkan kecerdasan (fathonah) menjadikanRasulullah mampu mengelola berbagai tantangan politik, sosial, dan ekonomi dengan penuhkebijaksanaan.
Dalam konteks kebangsaan, sejumlah tokoh nasional pun sejalan dengan prinsip ini. Bung Karno misalkan pernah menyatakan bahwa pemimpin sejati adalah yang mampu membawabangsanya berdiri di atas kakinya sendiri sedangkan BJ Habibie menegaskan bahwapemimpin harus memiliki cinta dan kasih sayang kepada rakyat. Semua pandangan ini sejalandengan teladan yang telah Rasulullah SAW ajarkan kepada kita.
Rasulullah SAW juga menekankan prinsip musyawarah sebagaimana tercantum dalam QS. Ali Imran: 159. Beliau memimpin dengan mendengarkan aspirasi sahabat, bahkan terkadangmenerima pendapat mereka meskipun berbeda dengan pendapat pribadinya.
Baca Juga: Kemendikdasmen Gandeng 76 Mitra Strategi Bangun Fondasi PAUD dari Sarpras sampai Riset
Hal ini memberipelajaran bagi kita bangsa Indonesia agar senantiasa mengedepankan musyawarah dan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain itu, Rasulullah SAW juga menekankan persatuan. Hal ini tercantum dalam Piagam Madinah yang beliau rancang menjadi bukti bahwa masyarakat plural dapat bersatu hiduprukun dengan prinsip saling menghormati.
Prinsip ini sangat relevan bagi Indonesia yang multikultural, agar perbedaan suku, ras, agama, dan budaya justru menjadi kekuatan untukmemperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Kesederhanaan Rasulullah juga patutditeladani. Meski seorang pemimpin besar, beliau hidup sederhana dan tidak pernah larutdalam kemewahan.
Dalam momentum Maulid Nabi ini, pemimpin Indonesia diingatkan agar tidak terjebakdalam gaya hidup hedonis, tetapi hidup dekat dengan rakyatnya. Ketegasan Rasulullah dalammenegakkan hukum pun menjadi teladan. Beliau lembut kepada rakyat kecil, tetapi sangat tegas terhadap pelanggaran hukum.
Baca Juga: Outing Class Seru di Kebun Anggur, KB-TK PCI Kids Tanamkan Kemandirian Sejak Dini
Pemimpin Indonesia perlu meniru hal ini, terutama dalampemberantasan korupsi dan penegakan hukum dan hak asasi manusia.
Momentum Maulid Nabi SAW hendaknya menjadi refleksi bagi bangsa Indonesia untukmeneladani kepemimpinan ala Rasulullah SAW. Pemimpin yang ideal adalah yang menjadikan jabatan sebagai amanah, bukan kehormatan pribadi. Pemimpin yang jujur, amanah, adil, cerdas, sederhana, dan penuh kasih sayang akan membawa bangsa ini menujukesejahteraan dan ridha Allah SWT.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.” (HR. Abu Dawud). Kalimat singkat ini adalah pengingat abadi bahwa kepemimpinan sejati bukantentang dilayani, melainkan tentang melayani.