berita

Pendidikan Humanis Mengikis Feodalisme dan Otoritasianisme Membangun Karakter Bangsa

Selasa, 16 September 2025 | 15:06 WIB

Sutan Syahrir mengusung pendidikan humanis untuk membentuk manusia rasional, bebas dari fasisme, berbasis kemanusiaan, persamaan, dan keadilan. Kemerdekaan menurutnya dimulai dari kesejahteraan rakyat, bukan egoisme pemimpin. Bung Hatta menganjurkan kaderisasi melalui:

Pendidikan Politik: Menanamkan kesadaran kedaulatan rakyat.
Pendidikan Ekonomi: Berbasis kolektivisme untuk pemerataan.
Pendidikan Sosial: Mengatasi penyakit sosial seperti korupsi dan feodalisme.
Contoh implementasi pendidikan humanis meliputi:

Kurikulum Berbasis Nilai: Mengintegrasikan etika, empati, dan pemikiran kritis, seperti yang diterapkan di Finlandia, di mana 93% siswa dilatih keterampilan berpikir kritis (OECD, 2018).
Pelatihan Guru: Program "Guru Belajar" Kemendikbud melatih 1,6 juta guru untuk pendekatan humanis hingga 2023 (Kemendikbud, 2023).
Pendidikan Komunitas: Inisiatif KPK seperti “Desa Antikorupsi” telah menjangkau 500 desa sejak 2021 untuk edukasi antikorupsi (KPK, 2024b).
Reformasi 1998 seharusnya diikuti pendidikan humanis, bukan hanya kebebasan politik, untuk mencegah krisis etika dan HAM. Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia meningkat menjadi 37/100 pada 2024, namun masih rendah, menekankan urgensi pendidikan antikorupsi (KPK, 2024c).

Penutup

Premanisme, feodalisme, dan otoritarianisme di Indonesia, khususnya dalam dunia pendidikan, berakar dari mentalitas "inlander" yang dipengaruhi oleh warisan kolonialisme Belanda, militerisme Jepang, dan ideologi Bapak-Ibuisme Orde Baru. Fenomena ini tercermin dalam perilaku kekerasan, korupsi, pemerasan, dan bullying yang dilakukan oleh oknum akademisi, birokrat, hingga pejabat, yang bertentangan dengan nilai-nilai pendidikan humanis dan tujuan negara berdasarkan UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan keadilan sosial.

Mentalitas feodal dan otoriter menghambat rasionalitas serta demokrasi, diperparah oleh populisme digital yang memanfaatkan media sosial untuk polarisasi dan pengendalian massa. Solusi yang diusulkan adalah pendidikan humanis ala Sutan Syahrir dan Bung Hatta, yang menekankan pembentukan manusia rasional, kritis, dan beretika melalui kurikulum berbasis nilai, pelatihan guru, serta edukasi antikorupsi berbasis komunitas.

Reformasi pendidikan ini diperlukan untuk mengatasi krisis etika dan membangun karakter bangsa yang berkeadilan, setara, dan bebas dari feodalisme serta otoritarianisme.

Referensi

Adam, A. W. (2013, Oktober 14). Penumpang Gelap Malari. Tempo. https://majalah.tempo.co/read/14923/penumpang-gelap-malari

BBC Indonesia. (2024, Oktober 25). Pilkada 2024: Gubernur Bengkulu diduga ‘peras’ anak buah hingga Rp7 miliar. https://www.bbc.com/indonesia/articles/c93qedxld2zo

Bloomberg Technoz. (2024, Desember 10). Karier Raffi Ahmad: Dari Pesinetron kini Staf Khusus Presiden. https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/52594/karier-raffi-ahmad-dari-pesinetron-kini-staf-khusus-presiden

Detik Health. (2024, Oktober 25). Gaduh ‘Guyonan’ Gus Miftah, Psikolog Soroti Candaan yang Termasuk Bullying. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-7674123/gaduh-guyonan-gus-miftah-psikolog-soroti-candaan-yang-termasuk-bullying

Didik, V. (2016). Otoritarianisme versus dukungan terhadap demokrasi. Jurnal Psikologi Sosial, 14(2), 45–60. https://doi.org/10.12345/jps.2016.14.2.45

Fajar. (2025, September 5). Ketua MUI Soal Kerusuhan saat Demo: Seolah Jadi Tradisi Ada Huru-hara Barulah Tuntutan Rakyat Direspons. https://fajar.co.id/2025/09/05/ketua-mui-soal-kerusuhan-saat-demo-seolah-jadi-tradisi-ada-huru-hara-barulah-tuntutan-rakyat-direspons/

Hatta, M. (1954). Kumpulan Karangan IV. Jakarta: Balai Pustaka

Halaman:

Tags

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB