berita

Refleksi Hari Guru Tahun 2025, Guru Adalah Ujung Tombak Peradaban Bangsa

Selasa, 25 November 2025 | 19:55 WIB

Oleh Dr. Hariyadi, M. Pd

(Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Jamiat Kheir Jakarta)

Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2025 menjadi momentum refleksi terhadap kondisi nyata yang dihadapi para pendidik di Indonesia. Dr. Hariyadi, M.Pd., menyampaikan pandangannya mengenai ironi nasib guru, krisis moral di dunia pendidikan, dan pentingnya membangun kembali penghormatan dan kesejahteraan bagi guru sebagai pilar utama kemajuan bangsa.

Dalam pandangannya, Dr. Hariyadi menyebut bahwa profesi guru masih belum menerima perhatian yang layak. Guru adalah pilar peradaban, namun realitas yang mereka hadapi masih memprihatinkan.

Banyak guru di pelosok negeri harus mengajar dengan fasilitas terbatas, melintasi medan yang tidak mudah, dan menerima gaji yang jauh dari layak. Status guru honorer masih menjadi luka panjang, dengan pendapatan yang kadang tidak lebih dari ratusan ribu rupiah per bulan.

Baca Juga: JIC Gelar Kajian Remaja Akbar, Soroti Penguatan Tauhid dan Tantangan Global bagi Generasi Muda

“Negeri ini dibangun dari ilmu yang mereka ajarkan. Namun penghargaan terhadap guru justru sering berada di barisan paling belakang,” ujarnya.

Dr. Hariyadi mencermati meningkatnya kasus kriminalisasi guru di berbagai daerah. Ketika menjalankan tugas mendidik dan mendisiplinkan, guru justru berisiko dilaporkan dan dituntut secara hukum.
Fenomena ini membuat guru merasa tidak aman dalam menjalankan fungsi pendidikan karakter, karena khawatir dipersoalkan oleh sebagian orang tua atau siswa.

Selain masalah kesejahteraan, Dr. Hariyadi menyoroti kemerosotan sikap sebagian pelajar terhadap guru.

Hari ini masih dijumpai siswa yang berkata kasar, membantah, bahkan berani meninggikan suara kepada guru tanpa rasa hormat. Kondisi ini menunjukkan adanya krisis adab dan kegagalan pendidikan karakter.

“Tidak ada ilmu yang melekat pada hati yang congkak. Sopan santun terhadap guru adalah pintu keberkahan,” ujarnya.

Hingga kini, banyak guru harus menjalani pekerjaan sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Ketika guru masih bergulat dengan persoalan ekonomi, harapan terhadap pendidikan berkualitas menjadi kontradiktif.

“Mengharapkan mutu pendidikan tinggi sementara guru bertahan hidup dengan perjuangan berat adalah ironi yang harus segera diputus.”

Halaman:

Tags

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB