Edisi.co.id - Wali Kota Depok, Supian Suri, masih sulit melupakan perjalanan yang ia tempuh bersama Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menuju daerah-daerah yang terisolir akibat bencana besar di Sumatera dan Aceh. Langsa dan Desa Tupa di Aceh Tamiang menjadi saksi betapa kerasnya hidup yang harus dijalani para korban.
Dalam apel bersama ASN di Balai Kota Depok, Senin (8/12/2025), suaranya beberapa kali terdengar berat ketika menceritakan apa yang ia lihat sendiri di lokasi. Ia menyaksikan warga berpindah dari satu titik ke titik lain, bukan untuk mencari kenyamanan, tapi sekadar untuk tetap hidup.
Air bersih hilang. Listrik mati. BBM tak ada. Banyak dari mereka hanya berdiri dengan pakaian yang menempel di tubuh—satu-satunya barang yang berhasil mereka selamatkan.
“Semua habis. Rumah mereka, barang-barang mereka… semuanya tersapu,” ujar Supian Suri, menahan haru.
Ia menggambarkan bencana itu seperti “tsunami dari atas”. Air besar datang menghantam permukiman tanpa ampun, menghancurkan ruko-ruko dan menenggelamkan sawah—sumber kehidupan yang selama ini menjadi pegangan banyak keluarga.
“Area pertanian banyak yang hilang total. Mereka kehilangan mata pencaharian dalam satu malam,” tambahnya.
Perjalanan menuju titik-titik bencana pun bukan hal mudah. Di Aceh, beberapa wilayah tak bisa ditembus lewat darat. Mereka mencoba menghubungi perangkat daerah dan aparat setempat, namun sinyal pun ikut mati bersama infrastruktur yang rusak.
“Ada daerah-daerah yang benar-benar terputus. Tidak bisa dijangkau, tidak bisa dihubungi. Rasanya membuat hati makin berat,” tuturnya.
Meski begitu, Supian Suri merasa bersyukur melihat banyaknya tangan yang terulur. Pemerintah pusat, BNPB, berbagai relawan, dan masyarakat luas ikut bergerak membantu.
Namun di Aceh Tamiang, kondisinya jauh lebih memilukan. Air bersih habis. Warga hanya bersandar pada pakaian seadanya yang masih menempel di tubuh. Karena itu, Supian kembali mengajak ASN dan perusahaan di Kota Depok untuk ikut meringankan beban para korban.
“Bantuan sudah banyak datang, alhamdulillah. Tapi masih ada daerah yang belum tersentuh. Kita berharap semuanya bisa segera pulih,” ucapnya menutup cerita.
Di wajahnya, kelelahan jelas terlihat. Namun lebih dari itu, empati dan kepedulian tampak jauh lebih kuat—sebuah tanda bahwa di balik jabatan dan tugas, ia membawa pulang satu hal: **kisah manusia yang sedang berjuang untuk tetap bertahan.**