Apakah Kita Masih Fitri ?

- Minggu, 23 April 2023 | 21:56 WIB
Jamaah mendengarkan Khutbah Usai Sholat Idul Fitri
Jamaah mendengarkan Khutbah Usai Sholat Idul Fitri


Oleh: Dr.KH.Syamsul Yakin)*

Besok, kita akan berada pada Idul Fitri hari ketiga. Ketar-ketir kita bertanya, apakah kita masih fitri?

Apakah kita sudah terkontaminasi dengan makan lezat, pakaian baru, dan bertamasya?

Menjaga fitri lebih sulit dari mendapatkannya. Kita tahu Idul Fitri tidak identik dengan lebaran. Lebaran dengan semua tradisinya pasti berlalu.

Tetapi Idul Fitri dengan makna hakikinya sedianya terus menjadi cermin bagi perbuatan dan perilaku kita kendati Ramadhan hampir sebulan meninggalkan kita.

Baca Juga: Hikmah Puasa ke 29, Makna Ied Menurut ulama

Motivasi lebaran dipacu untuk memuaskan aspek fisikal yang dangkal. Sedangkan kerinduan akan Idul Fitri dipicu karena manusia sadar akan eksistensinya: dari mana berasal, untuk apa diciptakan, dan akan ke mana kelak.

Bila lebaran bersimbolkan pakaian dunia yang serba baru, maka Idul Fitri berbalutkan pakaian ukhrawi yang serba otentik.

Lebaran dinantikan oleh mereka yang menekankan aspek kemeriahan dan kemegahan palsu dan serba menipu.

Idul Fitri dinantikan oleh mereka yang selalu melakukan perenungan dan peningkatan iman yang dibuktikan dengan kesepadanan antara porsi spiritual dan material serta antara saleh secara ritual dan sosial.

Baca Juga: Kesunnahan Sebelum Sholat Idul Fitri yang Bisa Dilakukan Umat Islam

Tegasnya, bila selepas Ramadhan, kita belum juga sudi menengok dan berpihak kepada keadilan, kebenaran, kedamaian, persatuan, dan kemakmuran untuk semua berarti kita telah kehilangan fitri.

Karena itu kita juga gagal menyingkap tabir kemanusiaan dan ketuhanan. Termasuk, kita tidak memiliki kepekaan terhadap seluruh eksistensi diri.

Untuk menjaga fitri, mari kita renungi firman Allah SWT, “Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan baginya di dunia, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya satu bagian pun di akhirat” (QS. al-Syuura/42: 42).

Maksudnya, untuk menjaga fitri selepas Ramadhan ini kita harus memotivasi diri untuk terus-menerus meningkatkan intensitas hablumminallaah dan hablumminanaas.

Puasa Ramadhan yang lalu seharusnya membuat kita memaknainya sebagai momentum keagamaan dan kemanusiaan dengan menyibak makna hakikinya.

Baca Juga: Ingin Mempunyai Buah Hati Cerdas Secara Spiritual ? Simak Beberapa Tips yang Orang Tua Wajib Tahu

Halaman:

Editor: Rohmat Rospari

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kesombongan, Dosa Pertama Makhluk Tuhan

Jumat, 16 Juni 2023 | 08:39 WIB

Menakjubkan Muslim yang Tenang Hadapi Ujian

Rabu, 7 Juni 2023 | 15:00 WIB

Melihatlah Ke Bawah

Selasa, 23 Mei 2023 | 23:39 WIB

Benarkah Dunia Bagi Mukmin Ibarat Penjara ?

Jumat, 12 Mei 2023 | 21:55 WIB

Kok Sabar Melulu Sih?

Jumat, 12 Mei 2023 | 21:43 WIB

Mengetahui Filosofi Ketupat Lebaran

Rabu, 3 Mei 2023 | 16:59 WIB

Pesan Kultural Lebaran Idul Fitri Bagi Umat Islam

Jumat, 28 April 2023 | 11:46 WIB

Apakah Kita Masih Fitri ?

Minggu, 23 April 2023 | 21:56 WIB

Hikmah Puasa ke 29, Makna Ied Menurut ulama

Sabtu, 22 April 2023 | 18:30 WIB

Hikmah Puasa ke 26, Menggapai Lailatul Qodar

Selasa, 18 April 2023 | 17:40 WIB

Hikmah Puasa ke 25, Riungan Tadarus Al-Qur'an

Selasa, 18 April 2023 | 17:25 WIB
X