Edisi.co.id - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menuturkan perekonomian RI diperkirakan bisa berada di kisaran 4,6 persen hingga 5,4 persen secara tahunan atau year on year (YoY). Bahkan, capaian pertumbuhan diyakini mampu menembus angka di atas 5,1 persen.
Perry menjelaskan, proyeksi tersebut diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 19-20 Agustus 2025. Menurutnya, tren ekonomi nasional pada semester kedua tahun ini akan semakin baik, seiring dengan capaian positif di kuartal II 2025.
Pada kuartal II 2025, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 5,12 persen YoY. Angka ini melebihi ekspektasi sebagian besar pelaku pasar maupun analis.
Pertumbuhan yang lebih tinggi dari kuartal I 2025 yang hanya 4,87 persen ini menjadi sinyal pemulihan yang kuat.
“Dengan kondisi ini, kami melihat pertumbuhan bisa di sekitar 5,1% atau bahkan lebih tinggi. Karena itu, sinergi antara kebijakan pemerintah dan BI harus terus diperkuat,” ujar Perry dalam konferensi pers daring RDG BI di Jakarta, pada Rabu, 20 Agustus 2025.
Gubernur BI juga menegaskan, bauran kebijakan menjadi kunci dalam menjaga momentum ekonomi. Kebijakan itu meliputi penurunan suku bunga acuan, ekspansi likuiditas, insentif makroprudensial, serta percepatan digitalisasi sektor keuangan.
Perry menambahkan, ada beberapa faktor utama yang diperkirakan menopang pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2025. Faktor tersebut antara lain kinerja ekspor yang tetap solid, belanja pemerintah yang kembali pulih, serta investasi yang meningkat.
Dari sisi ekspor, kondisi global memberikan peluang tambahan. Amerika Serikat menurunkan tarif impor dari 32 persen menjadi 19 persen, sehingga membuka ruang lebih besar bagi produk Indonesia untuk masuk ke pasar internasional.
“Ekspor pertambangan, kelapa sawit, serta produk pertanian dan perikanan diprediksi akan terus tumbuh,” jelas Perry.
Gubernur BI menyebut, ekspor pada sektor-sektor itu menjadi salah satu motor penggerak utama dalam menjaga neraca perdagangan tetap positif.
Selain ekspor, belanja pemerintah yang sempat mencatat pertumbuhan negatif pada kuartal II 2025 diperkirakan akan kembali meningkat. Peningkatan belanja ini diharapkan dapat mendorong permintaan domestik.
Kinerja investasi juga dinilai akan terus menguat. Perry menilai sektor transportasi, pergudangan, hingga industri alat pertanian dan proyek strategis nasional akan menjadi magnet utama bagi investor.***
Artikel Terkait
3 Fakta Kontroversi Noel Ebenezer yang Kini Ditangkap KPK, dari Janji Palsu ke Buruh Sritex hingga Dipolisikan Alumni 212
Kemenperin Tegur Asosiasi tekstil: Klaim Butuh Perlindungan, Ternyata Impor Naik 239 Persen
Nilai Tambah Hilirisasi Kelapa Bisa Tembus Rp2.600 Triliun, Mentan Dorong UMKM Bangun Pabrik
Gaduh Pernyataan Bandingkan Harga Beras Indonesia dengan Jepang, Mentan: Jangan Mudah Terprovokasi
BI: QRIS Segera Bisa Dipakai di China, Berlaku Dua Arah Inbound-Outbound