berita

Ketua Yayasan PCI, Prof Dadan Tak Setuju Study Tour Dihentikan, Harus Jelas Tujuan dan Kedepankan Unsur Pendidikan

Selasa, 14 Mei 2024 | 09:53 WIB
Ketua Yayasan Prima Cendekia Islami Prof. Dadan Wildan - Foto: Henri Lukmanul Hakim

Edisi.co.id, Jakarta - Ketua Yayasan Prima Cendekia Islami Prof. Dadan Wildan mengucapkan duka cita dan merasa prihatinkan atas kcelakaan bus yang ditumpangi  para pelajar SMK Lingga Kencaba asal Depok. Kecelakaan ini sampai merenggut 11 jiwa yang terjadi di Ciater, Subang,  Sabtu (11/5) sekitar pukul 18.45 WIB.

Ia pun turut menyikapi pernyataan public yang mempertanyakan urgensi urgensi study tour dan sampai membuat flyer Dari peristiwa itu, publik kembali mempertanyakan. Ramai flyer Stop Study Tour; tidak banyak manfaat hanya  menyulitkan orang tua. Jaman sudah canggih, jika hanya untuk mengenal tempat wisata, dapat dipelajari dari internet. Padahal, kecelakaan itu tidak diharapkan.

Prof Dadan tidak sependapat, jika study tour itu dihentikan. Study tour jika jelas tujuan yang ingin dicapai, dan objeknya jelas, sangat banyak manfaatnya bagi penambahan wawasan dan pengalaman belajar para siswa.

Baca Juga: Haji Ramah Lansia, Jemaah Usia 65 tahun Mendapat Kursi Bisnis di Penerbangan

“Seharusnya, yang bertanggungjawab atas kecelakaan ini adalah pihak perusahaan angkutan yang menyediakan armada tidak laik jalan,” kata Prof Dadan dalam keterangan tertulisnya, Selasa (14/5/2024). 

Ia pun memberikan beberapa catatan studi tour dapat dilaksanakan.

Pertama, study tour betul betul melaksanakan kegiatan studi di luar sekolah. Bukan semata mata piknik ke objek objek wisata saja.

Baca Juga: Mohammad Idris : Pemkot Depok akan Tanggung Seluruh Biaya Perawatan Korban Kecelakaan Bus

“Saya kebetulan mengelola lembaga pendidikan SMP Prima Cendekia Islami di Baleendah Kabupaten Bandung.  Kegiatan study tour merupakan kegiatan semesteran yang diberi  nama rihlah ilmiah. Bukan piknik akhir tahun. Kami mengedepankan unsur pendididikannya daripada pikniknya,” jelas dia. 

Sebagai contoh. Untuk kelas 7 kami adakan rihlah ilmiah ke Jakarta. Di Jakarta, kami mengunjungi lembaga-lembaga negara, seperti Gedung DPR/MPR, Kementerian Sekretariat Negara, Istana Presiden Cipanas, Museum Nasional, Museum Satria Mandala, hingga Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya. Tournya, cukup satu tempat yakni Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Sedangkan untuk kelas 8, lanjut Prof. Dadan, rihlah ilmiah ke Magelang dan Yogyakarta dengan mengunjungi Akademi Militer dan Sekolah Taruna Nusantara di Magelang.

Baca Juga: 554 Kloter Jemaah Haji Reguler sudah Tervisa, Siap Diberangkatkan Mulai 12 Mei 2024

“Istana Presiden Yogyakarta dan Keraton Yogya. Lalu Universitas Gadjah Mada, dan tour ke Candi Borobudur dan Prambanan ayang juga memiliki nilai sejarah,” tambah dia.

Untuk kelas 9, dilaksanakan rihlah ilmiah ke luar negeri, Malaysia dan Singapura. Itupun fokus pada lembaga formal, seperti Seminar dan Diskusi Di kantor Kedutaan Besar RI di Singapura, mengunjungi perguruan tinggi ternama di Kualalumpur hingga instansi pemerintah negara sahabat.

Halaman:

Tags

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB