berita

Tangapi Wacana RS Asing Masuk RI, PP MUhammadiyah: Perlu Regulasi yang Jelas, tidak Melemahkan RS Dalam Negeri

Sabtu, 19 Juli 2025 | 12:03 WIB
Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nasir saat memberikan Sa
 
Edisi.co.id, Jakata - Pimpinan Pusat Muhammadiyah turut menyikapi wacana Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang akan membuka peluang bagi rumah sakit (RS) asing untuk membuka cabang di Indonesia.
 
Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, kebijakan ini perlu dilengkapi dengan regulasi yang jelas agar tidak melemahkan RS dalam negeri.
 
"Ya itu tentu terkait dengan regulasi ya, dan saya yakin Kemenkes tetap saksama dengan regulasi itu supaya tidak melemahkan potensi rumah sakit di dalam negeri," ujarnya saat ditemui wartawan dalam Rakernas Majelis Pembinaan Kesehatan Umum (MPKU) 2025 di Kulon Progo, Jumat (18/7/2025).
 
"Yang kedua ya di era di mana globalisasi dan hubungan antarnegara semakin terbuka, sehingga dengan luar negeri kita harus open, tetapi harus kita punya daya saring yang kuat di dalam negeri, karena apapun kan dari luar juga ada kepentingan, kemudian kita punya kepentingan sebagai bangsa, maka kerja sama itu oke kita inklusif, selama kita memperoleh optimalisasi peran kita untuk memajukan kesehatan masyarakat," terangnya.
 
Baca Juga: Soal Oplosan Beras Premium, PP PERSIS Dukung Langkah Tegas Pemerintah Terhadap Mafia Beras
 
Haedar menyebut regulasi yang jelas terkait kebijakan itu sangat diperlukan untuk melindungi rumah sakit yang sudah ada di Indonesia. Apalagi, lanjutnya, banyak rumah sakit dalam negeri masih berstatus menengah ke bawah sehingga dikhawatirkan tidak bisa bersaing dengan rumah sakit asing.
 
"Karena rumah sakit di dalam negeri itu kan bervariasi, pada umumnya masih menengah ke bawah. Baik yang swasta, juga yang punya pemerintah, seperti RSUD di daerah. Saya yakin kalau saksama semuanya bisa berkembang," ucapnya.
 
Haedar menyebut regulasi yang jelas terkait kebijakan itu sangat diperlukan untuk melindungi rumah sakit yang sudah ada di Indonesia. Apalagi, lanjutnya, banyak rumah sakit dalam negeri masih berstatus menengah ke bawah sehingga dikhawatirkan tidak bisa bersaing dengan rumah sakit asing.
 
Baca Juga: KAI Daop 6 Yogyakarta Sebut Angkutan Barang Tumbuh 15% pada Semester 1 2025, Dorong Logistik Ramah Lingkungan
 
"Karena rumah sakit di dalam negeri itu kan bervariasi, pada umumnya masih menengah ke bawah. Baik yang swasta, juga yang punya pemerintah, seperti RSUD di daerah. Saya yakin kalau saksama semuanya bisa berkembang," ucapnya.
 
Haedar mengatakan Muhammadiyah yang juga punya rumah sakit sendiri kini tengah menggencarkan kolaborasi dengan rumah sakit lain. Langkah ini dinilai penting untuk bisa mengoptimalkan kesehatan masyarakat.
 
Kolaborasi ini disebut tidak hanya berkutat dengan rumah sakit dalam negeri saja. Pihaknya juga membuka peluang yang sama terhadap pihak asing. Namun tetap harus seusai dengan regulasi yang berlaku.
 
Baca Juga: Kemenko Polkam Dorong Sinergi Nasional dalam Penanganan ODOL
 
"Kita memang akan meningkatkan kolaborasi rumah sakit Muhammadiyah dengan swasta lain dan juga pemerintah. Karena hanya dengan itu kita bisa memecahkan masalah kesehatan dan memajukan kesehatan masyarakat. Tanpa kolaborasi dan hanya berjalan sendiri-sendiri iya maju
tapi tidak ada optimal," ujarnya.
 
Sumber: Media Sosial Website Sang Pencerah

Tags

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB