Kenyataan kontras hari ini diperkuat dengan kenyataan bahwa idealisme hanyalah retorika pepesan kosong. Bahkan dianggap romantisme masa lalu yang tidak perlu dikenang, kata seorang teman yang bergelar doktor yang sengaja datang ke rumah untuk membandingkan pencapaian dan hartanya dengan kemewahan yang dibanggakannya dengan pencapaian anak yang kakeknya pejuang kemerdekaan. Pertanyaan paling lucu adalah harusnya loe berpikir tentang uang dan jabatan. Aku tanyakan kembali untuk apa? Kebahagiaanku sederhana jika bukuku dibaca orang dan tulisanku beredar di mana-mana. Walau itu pun coba dibatasi dengan meretas media sosial dan membatasi kemunculan tulisanku di media besar.
Ketika Jahja Datoek Kajo berpidato menggugat kolonialisme Belanda di Volksraad, ternyata cicitnya masih menghadapi mental feodalisme yang ketakutan-ketakutan akan pemikiran dan tulisan. Hantu ketakutan yang sebenarnya menunjukkan inferior sebagai Indonesia dan kegamangan untuk membaca tulisan. Buku yang hanya cerita tentang hal yang berbau romantisme tapi alur cerita cerpennya tentang peristiwa 1998. Cerita tentang ibu yang kehilangan anaknya, kekasih yang kehilangan pacarnya, dan istri yang kehilangan suaminya. Cerita sederhana tentang arti penderitaan kehilangan orang yang disayangi pun bagaikan hantu hanya karena ada peristiwa 1998 menjadi latar belakang cerita.
Bangsa besar yang dulunya adalah kerajaan besar yang berperang dengan kerajaan Mongol, yang DNA petarung dan menguasai teknologi dan pengetahuan, dikerdilkan dengan persoalan ketakutan berupa hantu takut lapar, takut tidak punya status sosial, takut tidak eksis di lingkaran pergaulan, dan takut yang recehan. Ketakutan yang recehan itu membuat bangsa yang pernah besar di zaman kerajaan Nusantara hanya bisa menjadi manusia yang bermental tempe. Tercerminkan dengan harus eksis dengan baju mewah dan tas mewah dan segala sesuatu yang _branded_ karena takut dianggap tidak punya kelas. Kelas sosialita yang juga tidak jelas apa dasar penamaan kelasnya.
Bangsa ini dikerdilkan dengan kebanggaan yang hanya berupa materi, bukan potensi diri. Bayangkan seorang doktor hanya bangga dengan rumahnya dan bisa jalan-jalan ke luar negeri daripada hasil tulisan dan penelitiannya yang berdampak bagi masyarakat. Pengerdilan jiwa manusia Indonesia hari ini sudah pada batasan yang mengkhawatirkan.
Bangsa yang terkenal pemberani dengan melawan berbagai penjajah yang datang ke Nusantara berhasil dijadikan bangsa yang minder dengan uang dan status sosial. Narasi konyol terus dibangun dan disebarluaskan dan dijadikan kebanggaan. Narasi harta dan pamer kemewahan dijadikan gaya hidup walau tidak jelas dari mana sumber uangnya. Narasi mengungkapkan aib dan membawa nama orang lain untuk melindungi diri. Narasi kebanggaan semu dengan gelar dan status walau akhirnya menjadi penghuni bui KPK.
Bangsa ini memang sedang dikerdilkan dan kehormatannya hanya hitungan perutnya saja. Isu recehan berseliweran di media sosial dan menjadi meme. Isu yang dipertanyakan keakuratan data dan faktanya. Tapi menggoreng isu skandal yang sebenarnya merupakan aib adalah hobi bangsa ini dan menjadi rutinitas sehari-hari. Dari bangsa yang dipimpin orang hebat yang cerdas seperti Bung Hatta, Sjahrir, Tan Malaka dikerdilkan dengan manusia yang tidak ada buku di rumahnya tapi bisa mewakili kepentingan orang banyak. Jadi tidak aneh ilmu yang dipamerkan hanya ilmu joget dan ilmu bernyanyi di ruang sidang.
Sampai saat ini boleh dikatakan hanya sedikit anak, cucu, dan cicit pendiri bangsa yang mau duduk di gedung dewan terhormat baik di kabupaten, kota, provinsi, dan pusat. Apakah mereka merasa punya hak privilese untuk tidak mau disamakan dengan yang joget-joget dan pamer harta? Atau memang DNA mereka merasa malu melihat kondisi berbangsa dan bernegara hari ini yang jauh dari apa yang diperjuangkan kakek, kakek buyut, atau ayah mereka? Keputusan untuk tidak menjadi bagian dari kelucuan dan lelucon republik hari ini adalah keputusan yang etis dan logis.
Novita sari yahya
Kegiatan sehari-hari penulis dan peneliti.
Penulis buku
1..Romansa Cinta
2.Padusi: Alam Takambang Jadi Guru
3. Novita & Kebangsaan
4. Makna di setiap rasa antologi 100 puisi bersertifikat lomba nasional dan internasional
5. Siluet cinta, pelangi rindu
6. Self Love : Rumah Perlindungan Diri.
Kontak pembelian buku : 089520018812
Instagram: @novita.kebangsaan