Baca Juga: Laporkan Buruknya Pelayanan Kantah Subulussalam, HRB: Pengurusan Sertipikat Bertahun Lamanya
Kolaborasi industri
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Tri Supondy menambahkan, Indonesia juga terus mendorong pengembangan ekosistem industri digital yang tangguh, riset material maju, serta pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Upaya ini ditujukan untuk membangun industri masa depan yang mampu menciptakan lapangan kerja bernilai tinggi, menurunkan emisi karbon, dan memperkuat ketahanan energi nasional.
“Kolaborasi dengan negara-negara BRICS akan mempercepat riset, inovasi, dan berbagi pengetahuan dalam mendukung transformasi industri global menuju ekonomi hijau dan inklusif,” ungkapnya.
Dalam forum BRICS kali ini juga dibahas pentingnya sektor farmasi dan alat kesehatan. Dirjen KPAII menyatakan sektor tersebut sangat vital bagi kesejahteraan publik sekaligus mendorong inovasi industri.
Baca Juga: Dorong Inovasi Digital, Humas DPP Asperindo Gelar Rapat Bahas Penguatan Media Sosial
“Selama satu dekade terakhir, industri farmasi Indonesia tumbuh pesat dibandingkan banyak negara ASEAN, terutama pada formulasi berbasis kimia. Namun, kami masih menghadapi tantangan besar, mulai dari ketergantungan impor bahan baku obat aktif hingga keterbatasan produksi obat biologis. Oleh karena itu, kolaborasi dengan mitra BRICS sangat penting untuk memperkuat kapasitas domestik di sektor ini,” jelasnya.
Tri juga menegaskan kesiapan Indonesia untuk menjadi bagian aktif dalam kemitraan BRICS. “Bersama mitra BRICS, kita memiliki pengetahuan, sumber daya, dan kapasitas untuk membentuk masa depan industri yang lebih hijau, inklusif, dan berbasis inovasi. Indonesia siap memainkan peran aktif dalam memajukan kemitraan BRICS pada Revolusi Industri Baru, demi menghadirkan kemajuan yang dapat dirasakan oleh semua pihak,” pungkasnya.