“Penyebabnya dari dokter mengatakan henti detak jantung,” ungkap Arief.
Menurutnya, Maulana sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit jantung dan telah melalui tahapan seleksi kesehatan sebelum diterima di IPDN.
“Tidak ada (riwayat jantung), karena dia sudah seleksi kan, sehat semuanya,” tegas Arief.
Setelah dinyatakan meninggal, jenazah Maulana dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung untuk pemulasaraan, sebelum diterbangkan ke kampung halamannya di Maluku Utara.
Isu Kekerasan Ditepis IPDN
Menjawab isu yang beredar di media sosial, pihak IPDN menegaskan tidak ada praktik kekerasan yang melibatkan senior terhadap calon praja baru.
Arief menegaskan, kegiatan Diksarmendispra sepenuhnya berada di bawah pengawasan tim resmi kampus.
“Ini isu di medsos yang kadang kalang kabut ya. Di IPDN sudah zero kekerasan. Untuk calon praja belum berhubungan dengan senior,” ujarnya.
Ia pun menambahkan, hasil pemeriksaan medis menunjukkan tidak ada luka atau tanda kekerasan pada tubuh korban.
“Tidak ada unsur kekerasan sedikit pun. Di dalam tubuh korban juga tidak ada luka-luka. Semuanya murni karena almarhum henti jantung,” tegas Arief.
Keluarga Tolak Autopsi
Pihak keluarga kini disebut menolak autopsi jenazah Maulana. Menurut Arief, keputusan itu diambil karena keluarga menerima kejadian ini sebagai takdir.
“Tidak ada masalah, sudah menerima karena memang sudah takdirnya. Dan kita sarankan apa mau diautopsi, mereka bilang tidak usah,” terangnya.
Jenazah Maulana kemudian dimakamkan di Maluku Utara pada Jumat, 10 Oktober 2025 pagi.
“Sudah dimakamkan tadi pagi di Maluku, langsung oleh keluarga,” sebut Arief.