Edisi.co.id, Jakarta - Ketua Komite Santri Film Festival (SANFFEST) 2025, Neno Warisman, menegaskan, karya-karya santri yang ditampilkan dalam SANFFEST lahir dari keterbatasan. Namun, mampu menghasilkan karya yang melampaui ekspektasi. Menurutnya, SANFFEST berangkat dari nilai-nilai Al-Qur’an yang menekankan pentingnya menyampaikan kebenaran melalui kisah dan hikmah.
Neno menjelaskan bahwa film merupakan medium yang sangat kuat untuk menyampaikan pesan, mengetuk hati, dan mengajak masyarakat berpikir. Oleh karena itu, SANFFEST tidak hanya menjadi ajang kompetisi film, melainkan juga sebuah gerakan budaya yang tumbuh dari kesungguhan dan daya juang para santri.
Hal tersebut disampaikannya dalam sambutan pada Malam Anugerah SANFFEST 2025 yang digelar di Sasono Langgen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Ahad (21/12/2025) malam.
Baca Juga: Malam Anugerah, Menbud Fadli Zon Apresiasi Karya Santri, Harap SANFFEST 2025 Lahirkan Sineas Baru
Neno, yang akrab disapa Bunda Neno, mengungkapkan rasa haru melihat antusiasme para santri dari berbagai daerah yang hadir secara mandiri, meski dengan keterbatasan ekonomi. Ia menyebut sejumlah santri rela menempuh perjalanan jauh dari luar Pulau Jawa dan memilih beristirahat di masjid demi bisa menghadiri malam puncak SANFFEST 2025.
“Mereka datang dengan keterbatasan, tetapi dengan tekad yang luar biasa. Ini adalah wajah asli santri: mandiri, bersungguh-sungguh, dan pantang menyerah,” ujar Bunda Neno.
Ia mengapresiasi karya para santri yang dinilainya melampaui ekspektasi, meski diproduksi dengan sarana terbatas. Menurutnya, ada santri yang hanya menggunakan telepon genggam untuk membuat film, tanpa peralatan suara dan pencahayaan yang memadai. Namun, keterbatasan tersebut justru melahirkan karya-karya yang rapi, kreatif, dan sarat nilai.
Baca Juga: Ratapan Warga Pidie Jaya di Balik Tumpukan Lumpur: Kaki Sudah Hancur Semua Kena Air Terus
“Di balik keterbatasan alat, kami melihat karakter khas santri, yakni kesungguhan, kemandirian, dan daya juang. Itulah yang membuat karya-karya ini istimewa,” katanya.
Pada SANFFEST 2025, tercatat 125 film karya santri dari 115 pesantren yang tersebar di 20 provinsi di Indonesia. Capaian tersebut dinilai sebagai prestasi membanggakan, terutama mengingat SANFFEST baru pertama kali digelar.
Bunda Neno menegaskan, SANFFEST tidak akan berhenti pada kompetisi dan eksibisi semata. Ke depan, festival ini akan terus dikembangkan sebagai wadah pendidikan perfilman yang inklusif, dengan perluasan kategori lomba, termasuk film dokumenter, serta pendampingan berkelanjutan bagi para santri.
Baca Juga: Banjir Bandang Terjang Kawasan Wisata Guci Tegal, Fasilitas Pemandian Air Panas Dilaporkan Rusak
Ia juga mengungkapkan rencana distribusi film-film karya santri melalui platform streaming nasional dan kanal khusus SANFFEST. Langkah ini diharapkan dapat membuka akses ekonomi kreatif bagi santri sekaligus memperkenalkan karya mereka kepada publik yang lebih luas.
“SANFFEST ingin membekali santri agar tidak hanya kuat secara teknis, tetapi juga siap secara industri, tanpa meninggalkan nilai-nilai pesantren,” ujarnya.
Menutup sambutannya, Bunda Neno menyampaikan, SANFFEST akan terus dievaluasi dan disempurnakan di tahun-tahun mendatang. Ia berharap festival ini dapat menjadi ruang tumbuh bagi lahirnya sineas santri yang mampu bersaing di tingkat nasional hingga internasional.
Artikel Terkait
Santri Jadi Sineas! Dirjen Pendidikan Islam Ajak Pesantren Seluruh Indonesia Aktif Ikuti Santri Film Festival 2025
Pecah Rekor! 468 Pesantren Ramaikan Santri Film Festival 2025, Bunda Neno Warisman: Ini yang Kami Harapkan
Santri Film Festival 2025 Menuju Malam Anugerah, 126 Film Santri Melampaui Ekspektasi
Ketua Komite Bunda Neno: SANFFEST 2025 Jadi Ruang Kreativitas Santri dan Buka Jalan ke Dunia Perfilman
Malam Anugerah, Menbud Fadli Zon Apresiasi Karya Santri, Harap SANFFEST 2025 Lahirkan Sineas Baru