Edisi.co.id - Subholding PTPN IV PalmCo menjadi salah satu wakil sektor perkebunan yang tampil di Paviliun Indonesia pada Conference of the Parties ke-30 (COP30) Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) di Belém, Brasil. Kehadiran PalmCo menandai peran strategis industri sawit dalam agenda dekarbonisasi nasional, khususnya melalui pengembangan energi terbarukan berbasis limbah sawit.
PalmCo membawa tiga proyek karbon yang masuk dalam daftar 40 Proyek Karbon Indonesia yang ditawarkan kepada komunitas global. Ketiganya ialah Biogas Cofiring POME di Lubuk Dalam—yang telah memperoleh sertifikasi Sistem Perdagangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK)—serta dua proyek yang tengah menuju sertifikasi, yaitu PLTBg Pasir Mandoge dan Biogas Cofiring Sei Tapung.
Melalui proyek-proyek itu, limbah cair kelapa sawit (POME) diolah menjadi energi terbarukan yang dapat langsung mengurangi emisi gas rumah kaca.
Selain menampilkan proyek, perwakilan PalmCo juga menjadi pembicara secara daring pada sesi Dialogue Session – Carbon Connection for Climate Action, yang mempertemukan pengembang proyek karbon Indonesia dengan calon pembeli internasional.
Arah Baru Diplomasi Iklim Indonesia
Dalam pembukaan COP30, Utusan Khusus Presiden RI untuk Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, menegaskan komitmen Indonesia menuju target Net Zero Emissions 2060 atau lebih cepat. Ia menyebut Indonesia datang dengan “komitmen untuk memperkuat aksi iklim nasional dan bekerja sama dengan berbagai negara dalam penurunan emisi berbasis sains”.
Hashim juga menyoroti terbitnya Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2024 tentang Waste to Energy dan Perpres Nomor 110 Tahun 2024 tentang Nilai Ekonomi Karbon sebagai fondasi pembentukan pasar karbon domestik.
Adapun Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menekankan prinsip keadilan iklim dalam proses transisi energi. “Pembangunan rendah emisi hanya mungkin jika manfaatnya dirasakan semua pihak. COP30 menjadi momentum untuk membuktikan bahwa pembangunan hijau tidak hanya mungkin, tetapi juga menguntungkan,” jelas Hanif.
Baca Juga: Nusron Wahid: Tanpa Kongkalikong, Mafia Tanah Tak Berkutik
PalmCo: Dari Komitmen menuju Bukti
Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko K. Santosa, menyampaikan bahwa keikutsertaan PalmCo bukan sebatas menghadirkan proyek karbon, melainkan menunjukkan transformasi industri sawit menuju praktik yang lebih bersih.
“Industri sawit Indonesia kerap menjadi perhatian global. Melalui proyek energi terbarukan melalui pengelolaan limbah seperti biogas yang berbasis circular economy, kami ingin menunjukkan bahwa sawit mampu menjadi bagian dari solusi iklim,” ujar Jatmiko.
PalmCo mengelola lebih dari 566.000 hektar perkebunan kelapa sawit dan 71 pabrik pengolahan sawit. Dengan skala tersebut, kemampuan perusahaan berkontribusi pada penurunan emisi memiliki dampak yang signifikan.
Proyek SPE-GRK pertama Indonesia untuk Lubuk Dalam menjadi bukti bahwa inovasi dekarbonisasi di sektor sawit mulai teruji dan terverifikasi.
CBG Mulai Dibangun, Target Reduksi Emisi Capai 1 Juta Ton CO₂e