Penggunaan drone untuk pemantauan lingkungan memang berkembang di Rusia, terutama dalam sektor industri dan penelitian geologi. Namun, belum ada sumber tepercaya yang menyebutkan kerja sama terkait penggunaan drone untuk pemantauan vulkanik atau cuaca dengan Indonesia. Oleh karena itu bagian ini lebih ditempatkan sebagai potensi, bukan fakta kerja sama.
d. Pemantauan Tumpahan Minyak
Kasus tumpahan minyak Norilsk pada 2020 memang mendorong Rusia menggunakan data satelit untuk menilai luas kerusakan dan memantau proses pemulihan. Pendekatan ini relevan sebagai contoh bagaimana teknologi satelit membantu pemantauan lingkungan dalam skala besar. Indonesia dapat mempelajari metode tersebut, mengingat insiden serupa berpotensi terjadi di wilayah pesisir Indonesia.
3. Sistem Monitoring Tanpa Sensor dari Ilmuwan Rusia
Berita media menyebutkan bahwa ilmuwan Rusia mengembangkan teknologi pemantauan bawah tanah tanpa sensor fisik, khususnya untuk industri minyak. Sistem ini dapat membaca kinerja pompa tanpa menggunakan sensor yang rentan rusak.
Meskipun tidak dibuat untuk pemantauan longsor atau kestabilan tanah, teknologi seperti ini dapat menjadi inspirasi. Indonesia yang memiliki banyak infrastruktur energi di wilayah rawan bencana dapat mempelajari pendekatan baru yang meminimalkan penggunaan sensor fisik. Pemanfaatan teknologi non-invasif semacam ini dapat membantu memantau kondisi pipa atau struktur bawah tanah tanpa membutuhkan instalasi sensor dalam jumlah besar.
4. Proyek Ekologi Rusia sebagai Contoh Model Nasional
National Project “Ecology” yang diluncurkan Rusia pada 2018 merupakan program komprehensif yang mencakup pengurangan polusi udara, pengelolaan limbah, rehabilitasi sumber air, dan perlindungan biodiversitas. Program tersebut memberi gambaran bagaimana sebuah negara membangun sistem pemantauan dan pemulihan lingkungan pada skala nasional.
Bagi Indonesia, program ini dapat menjadi referensi dalam merancang integrasi data lingkungan lintas sektor. Walaupun proyek tersebut bukan bentuk kerja sama langsung dengan Indonesia, pendekatan dan mekanismenya dapat menjadi bahan pembelajaran, terutama dalam hal penataan regulasi dan integrasi pemerintah–industri–masyarakat.
5. Penguatan Kemampuan SAR melalui Kerja Sama Internasional
Rusia memiliki pengalaman dalam operasi SAR di kondisi ekstrem. Salah satu yang tercatat adalah pengiriman 100 personel SAR dan peralatan khusus ke Turki dan Suriah pada 2023 setelah gempa besar. Namun, hingga kini belum ada program resmi yang menyebutkan kerja sama pelatihan SAR skala besar antara Rusia dan Indonesia.
Meski begitu, kemampuan SAR Rusia dapat menjadi sumber pembelajaran teknis bagi Basarnas. Keahlian dalam operasi di bangunan runtuh, medan dingin, atau area berbahaya dapat memperkaya wawasan operasional tim SAR Indonesia, terutama dalam menghadapi bencana gempa atau tanah longsor.
6. Tantangan dan Peluang Implementasi Alih Teknologi
Alih teknologi tidak hanya bergantung pada kemampuan negara mitra, tetapi juga kesiapan internal Indonesia. Beberapa tantangan yang umum muncul antara lain:
1. Kesiapan SDM teknis, terutama dalam bidang satelit, GIS, dan pemodelan lingkungan.