RP lantas menganiaya IS dan secara spontan mengambil alih senjata tajam di dapur dan menyerang korban.
Kedua bocah itu pun lihat sang ibu tewas akibat perbuatan ayahnya.
Sulastri yang kala itu tengah bekerja, terperanjat kala mendengar kabar IS menjadi korban penganiayaan RP.
"Saya baru mau jadi bekerja, tahu-tahu aku dipanggil suruh pulang.
Setibanya di rumah pukul 21.00 WIB, IS udah terkapar bersimbah darah di hadapan ke-2 anaknya," ujar Sulastri.
Korban sempat meraih perawatan di rumah sakit selama tujuh hari. Namun sejumlah luka di lebih dari satu anggota tubuh korban, termasuk di wajah dan leher mengakibatkan nyawa IS tak tertolong.
"Saya masih sempat merawatnya (IS) kala dirawat di rumah sakit selama 7 hari, sebelum akan kelanjutannya meninggal," tambahnya.
Baca Juga: Viral Mahasiswa KKN Nikahi Gadis Cilik yang Berfoto Bersamanya 11 Tahun Kemudian
Menurut Sulastri, kala masih didalam perawatan IS sempat siuman Sulastri pun mencoba menanyakan apa yang berjalan padanya, tapi IS enggan menceritakan moment itu sampai menghembuskan napas terakhir.
"Sang ibu sebelum akan meninggal hanya berwasiat, jangan sampai T dan S dibawa ayahnya," ungkapnya.
Karena alasan tersebut, sampai kini jikalau ada yang menghendaki meminta izin untuk mempunyai dan menjaga dua cucunya, Sulastri tidak mengizinkan.
Sejak moment itu, T yang kini duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar harus menolong Sulastri bekerja sebagai buruh serabutan tebas tebu panggilan.
"Kalau ada orang nyuruh ya aku kerja, contoh musim panen tebu, aku sanggup menadapat duit Rp 80.000 sampai Rp 100.000," kata Sulastri, Senin (24/7/2023).
Penghasilan tersebut, dianggap Sulastri, tak cukup untuk memenuhi keperluan sehari-hari.
Apalagi kala bukan musim panen tebu, ia harus melacak pekerjaan serabutan bersama dengan upah sekadarnya untuk menyambung hidup mereka.