Tujuan awal peraturan ini adalah membangun industri berita yang sehat, tetapi versinya yang terakhir diusulkan malah mungkin berdampak buruk bagi banyak penerbit dan kreator berita.
Google dan YouTube telah banyak berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekosistem berita digital di Indonesia.
“Kami tidak menampilkan iklan atau memperoleh uang di Google News. Bahkan, pada tahun 2022, Google mengirim lebih dari satu miliar kunjungan situs bagi media di Indonesia per bulannya – tanpa mengenakan biaya – dan membantu mereka mendapatkan penghasilan melalui iklan dan langganan baru,” ujar Browning.
Baca Juga: CEO Promedia Teknologi Indonesia Sebut Jurnalis yang Ingin Jadi Pengusaha Media Wajib Berkolaborasi
Selain itu, Google juga telah banyak berinvestasi untuk mendukung penerbit berita melalui berbagai program, kemitraan, dan produk untuk memberdayakan penerbit berita agar dapat membangun masa depan yang berkelanjutan.
Termasuk melatih hampir 1.000 penerbit berita di Indonesia melalui Local News Foundry dan Digital Growth Program, serta melatih lebih dari 36.900 jurnalis dan mahasiswa dari 568 media dan 175 universitas dari seluruh Indonesia.
Google bersama CekFakta telah membentuk jaringan dengan 59 media untuk melawan misinformasi dan membangun literasi digital.
Melalui YouTube, lanjut Browning, pihaknya berbagi hasil dari pendapatan iklan dengan para penerbit berita, dimana mereka mendapat penghasilan yang signifikan, sekaligus mendukung pengembangan jurnalisme yang berkualitas.
Browning berharap ada solusi yang baik dan tetap berkomitmen untuk bekerjasama dengan semua pihak.
“Kami ingin terus mencari pendekatan terbaik untuk membangun ekosistem berita yang seimbang di Indonesia, yaitu yang dapat menghasilkan berita berkualitas bagi semua orang sekaligus mendukung kelangsungan hidup seluruh penerbit berita, kecil maupun besar,” pungkas Browning. ***