Edisi.co.id - Di tengah kondisi ekonomi yang sedang lesau akibat dampak pandemi Covid-19, ternyata tidak semua jenis usaha mengalami keterpurukan. Komoditas jamun tiram misalnya, tetap memiliki pangsa pasar yang cukup bagus denga harga yang menggiurkan. Saat ini harga jamur tiram di tingkat petani sebesar Rp 12 ribu per kilogram.
Tingkat harga tersebut cukup baik dibandingkan beberapa bulan lalu yang berada di bawah Rp 10 ribu, bahkan pernah menyentuh Rp 5 ribu. Namun dengan tingkat harga yang sekarang sudah cukup memotivasi petani untuk terus melakukan pembudidayaan. “Harga sekarang cukup bagus, cukup menguntungkan,” kata Budi Haryanto, salah seorang pembina petani jamur di kawasan Ciawi, Kabupaten Bogor.
Dari perhitungan Budi, setiap baglog bisa menghasilkan rata-rata 0,5 kg selama masa produktif tiga bulan. Untuk rumah jamur atau kumbung berukuran sekitar 10 x 20 meter bisa menampung hingga 10 ribu baglog. Harga bibit per baglog rata-rata Rp 2.500,-
Baca Juga: Bank Indonesia: Kinerja Penjualan Eceran Diperkirakan Membaik
Dari data tersebut bisa dibuat perhitungan kasar bahwa modal kerja terbesar yaitu untuk pembelian baglog mencapai Rp 25 juta (10 ribu x Rp 2.500,-). Dengan asumbi biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain sekitar Rp 10 juta selama tiga bulan, maka total biaya untuk sekali siklus panen sebesar Rp 35 juta.
Sedangkan hasil panen diperkirakan mencapai 5 ton (0,5 kg/baglog). Dengan tingkat harga sekarang maka omset selama tiga bulan bisa mencapai Rp 60 juta, atau pendapatan kotor sekitar 25 juta per tiga bulan atau rata-rata Rp 8 juta lebih per bulan.
Untuk pemasaran hampir tidak masalah karena para pelanggan akan datang sendiri ke lokasi budidaya. Malahan kadang mereka kecewa ketika asokan sangat terbatas, sehingga memaksa mereka mencari pasokan dari daerah lain. Suatu usaha yang patut diperhitungkan.