berita

Bubur Ayam Hongkong Mas Sugi Menggunakan Penyedap Alami

Senin, 18 Oktober 2021 | 16:04 WIB

Edisi.co.id - Menjadi pengusaha tidak perlu ribet. Tentukan ide, kemudian jalankan. Itulah prinsip yang dipegang Sugiarto atau Mas Sugi panggilan akrabnya. Di saat menjelang pensiun, setelah lebih 20 tahun bekerja di sebuah BUMN, dia mantap untuk memulai usaha. Malahan dia sudah merintis usaha itu sejak beberapa bulan sebelum pensiun awal tahun depan.

Kebetulan kakaknya yang tinggal di Solo telah berhasil mengembangkan usaha Bubur Ayam Hongkong. Sang kakak berbaik hati, menawarkan kepada Mas Sugi untuk mengembangkan usaha sejenis di Jakarta.

Mendapat tawaran itu, Mas Sugi tak menyia-nyiakan kesempatan. Malahan dia bersedia magang beberapa hari di tempat usaha kakaknya. Tidak hanya belajar cara meracik bubur, tapi juga cara melayani dan memasarkan. Dan, yang tak kalah penting, dia belajar mengenai pemasaran online.

Baca Juga: KAHMI Menolak Nama Mustafa Kemal Ataturk Diabadikan sebagai Nama Jalan di Jakarta

Berbekal pengetahuan itu, sejak awal Oktober 2021, Mas Sugi resmi menyandang status sebagai pengusaha. Dia menyulap sebagian ruang depan rumahnya di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, menjadi warung.

Sejak saat itu Mas Sugi bersama isterinya, sibuk menyiapkan segala sesuatu terkait usahanya. Semua dia tangani langsung, mulai dari penyapan bahan baku, pengolahan, hingga pelayanan. Selain melayani pembelian langsung, tidak sedikit pesanan melalui aplikasi GoFood.

Meski menyandang nama hongkong, namun Mas Sugi menjamin bubur buatannya 100 persen produk lokal. “Pemilihan nama ini terkait strategi pemasaran, agar orang ingin tahu dan ingin mencoba. Ketika sudah mencoba, baru mereka tahu rasanya. Karena yang kita jual memang rasa,” kata Mas Sugi. Karena itu, Mas Sugi mengusung tag line : jajan sehat, rasa nikmat, tanpa penyedap dan hangat hingga suapan terakhir.

Baca Juga: Menkominfo Johnnya G. Plate ajak Industri penyiaran perhatikan kualitas konten

Selain bubur ayam, Mas Sugi juga menyediakan nasi goreng hongkong. Untuk semangkok bubur dipatok harga Rp 16 ribu, sedangkan untuk nasi goreng Rp 25 ribu per porsi.

Mas Sugi merasa bersyukur atas apa yang telah dia capai. Terlebih kecenderungan permintaan terus meningkat. Kalau pada minggu pertama, pesanan hanya belasan makok per hari, maka di minggu kedua sudah mencapai puluhan. Suatu peningkatan yang sangat menggembirakan. Menurut Mas Sugi, targetnya tidak terlalu muluk. Dia sudah senang apabila penghasilan di tahun pertama ini mampu menggantikan gaji bulanan yang selama ini dia terima.

“Alhamdulillah bubur ayam hongkong berjalan lancar dan sudah mulai dikenal warga sekitar,” katanya optimis, di tengah melayani pesanan dari ibu-ibu pengajian. ***

 

 

Tags

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB