Edisi.co.id – Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, Memberikan peringatan kepada seluruh masyarakat Indonesia akan adanya perubahan cuaca yang diakibatkan fenomena La Nina.
Fenomena La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi.
Menurut penuturan Dwikorita Karnawati, hasil monitoring perkembangan dari data suhu di permukaan laut Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, nilai anomali saat ini telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61 pada Dasarian I Oktober 2021.
Baca Juga: Sosialisasi Wakil Wali Kota Depok terkait Lajur Lambat untuk Roda Dua
Dwikorita menambahkan, fenomena La Nina biasa terjadi di Indonesia menjelang akhir tahun.
“Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan kita harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021/2022 yang diperkirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah sampai sedang, setidaknya hingga Februari 2022” kata Dwikorita, Kamis, 21 Oktober 2021
Pada fenomena La Nina tahun 2020 lalu, BMKG mempunyai data bahwa curah hujan antara November hingga Januari mengalami peningkatan.
Terutama pada wilayah Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.
Dengan adanya data fenomena La Nina tahun 2020, Dwikorita memprediksi fenomena La Nina pada akhir 2021 ini akan terjadi relatif sama dengan tahun 2020 lalu.
Serta adanya peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20-70 persen di atas normalnya.
“Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut maka perlu kewaspadaan dan kesiap siagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi” tambah Dwikorita.
Kepala BMKG, Dwikorita, meminta kepada pemerintah daerah dan juga masyarakat untuk bersiap menghadapi fenomena La Nina tersebut.
Terutama persiapan menghadapi bencana hidrometeorologi seperti, banjir bandang, longsor, angin kencang ataupun puting beliung.