Edisi.co.id, Jakarta - Ketua MUI Pusat Bidang Seni Budaya KH. Dr. Jeje Zaenudin ikut menyikapi Citayam Fashion Week di kawasan Stasiun BNI City, Dukuh Atas Jakarta yang beberapa hari belakang ini sedang heboh.
Permasalahan tren Citayam Fashion Week ini, KH. Jeje mengatakan kita harus memiliki kesepakatan bersama, bahwa dalam kehidupan masyarakat perkotaan besar yang sangat hiruk-pikuk, kompleks dan majemuk.
“Untuk itu, memang negara perlu menyiapkan berbagai sarana dan ruang publik untuk refreshing warga, sekaligus sebagai ajang mengekspresikan kreativitas seni budaya, keterampilan, hingga fashion. Sehingga sangat bermanfaat untuk melahirkan interaksi sosial yang positif dan produktif bagi masyarakat,” kata Dr. Jeje dalam keterangan tertulisnya Jumat, (29/7/2022).
Kiyai Jeje menambahkan, namun demikian, kita juga harus memiliki kesepakatan dan kesadaran akan wajibnya menjaga dan memelihara nilai dan norma agama dan budaya yang menjadi landasan kehidupan bersama.
“Maka jangan sampai sarana dan fasilitas yang disediakan oleh negara disalahgunakan bagi promosi atau kampanye prilaku dan budaya yang ditolak oleh norma agama dan nilai budaya yang kita anut,” ungkapnya.
Ia menilai, tren Citayam Fashion Week konteksnya bukan lagi sekedar masalah kebebasan dan hak asasi berekspresi.
Baca Juga: Fenomena Citayam Fashion Week dan Thrifting
“Tetapi lebih dari itu, kewajiban kita untuk menjaga dan merawat akhlak dan budaya bangsa yang fundamental,” tegas Dr. Jeje.
Maka setiap penyelewengan penggunaan sarana dan atau fasilitas publik untuk kepentingan kampanye, promosi, ataupun pubikasi perilaku, budaya, simbol-simbol penyimpangan orentasi seksual dan sebagainya, ya tidak boleh dibiarkan.
“Karena akan berdampak pada mendegradasi falsafah mulia kehidupan berbangsa kita yang susah payah diperjuangkan para pemimpin bangsa ini,” pungkas Dr. Jeje.