Edisi.co.id - Di dunia tidak ada yang disebut kebebasan mutlak. Semua kebebasan terikat dalam batasan. Sampai kita memandang alam di sekitar kita, di depan atau di belakang kita, akan kita temukan tidak adanya kebebasan mutlak. Mobil di jalan pun tidak punya kebebasan. Karena kebebasan Anda dibatasi oleh hak pengemudi lain. Demikian juga pesawat di angkasa, bintang, dan planet juga harus berjalan pada garis edarnya, agar tidak terjadi benturan.
Kebebasan tanpa batas (mutlak) adalah pandangan teoritis belaka, tidak akan pernah menjadi realitas. Karna , kebebasan pasti ada batasan. Sistem apapun di dunia, pasti akan dibatasi oleh kebebasan tertentu. Sistem demokrasi pun tidak memberikan kebebasan untuk menghentikan sistemnya sendiri. Jika ini terjadi, berarti sistem menghancurkan dirinya sendiri. Dengan demikian, kebebasan harus terbatas dalam lingkup pelestarian dasar-dasar sistem tadi. Karena itu, setiap sistem memiliki dasar-dasar yang dipakai tonggak dalam menegakkan masyarakat dan falsafah hidupnya serta pandangan terhadap eksistensi dan sejarah.
Baca Juga: Diplomasi Islam Pada Saat Masa Dinasti Fatimiyah
Masyarakat Islam juga menentang ateisme yang tidak mempercayai bahwa adanya Allah, hari akhir, dan kenabian. Islam menentang semua ini. Islam juga menentang komunisme, jika yang dimaksud adalah aliran ateisme, sebagaimana yang telah populer. Sebab komunisme sejati adalah aliran yang percaya materialisme historis, dialektika materi, yang menafsirkan sejarah secara ekonomi dan material semata. Menurut aliran ini, agama-agama dan kenabian yang telah ada adalah bukan wahyu dari Tuhan. Para nabi dan rasul menurut mereka bukanlah cerminan kekuasaan ketuhanan atau penyampai kalimat Allah. Dalam pandangan mereka, para nabi dan rasul hanyalah orang pilihan suatu masyarakat. Agama bagi mereka bukanlah ajaran ketuhanan, tapi racun yang menghancurkan umat manusia.