"Mami! Mami! Mami!" teriaknya.
Darja merasa kasihan dengan kondisi serdadu tersebut. Sekilas dia jadi ingat diri sendiri yang masih masih memiliki seorang ibu di kampung.
Pasti dalam situasi yang sama, dia pun akan memanggil-manggil emaknya, pikir Darja.
Namun karena mereka tidak memiliki obat-obatan dan logistik yang cukup untuk memelihara seorang tawanan, terpaksa dengan menggunakan pistolnya, Darja menembak kepala sang serdadu itu hingga tamat riwayatnya.
Baca Juga: Polda Metro Jaya meminta pengendara sepeda motor tidak melintasi tiga Jalan Layang Non Tol
"Kalau dipikir-pikir sekarang, saya sebenarnya tak bisa melakukan itu. Berhari-hari setelah kejadian tersebut saya diam-diam merasa 'menyesal', ya tapi itulah perang…" ujarnya dengan nada lirih.***