Edisi.co.id - Lagi , Yudian, Kepala BPIP membuat kegaduhan, kali ini mewacanakan mengganti salam assalamu'alaikum dengan salam Pancasila. Wacana penggantian Assalamualaikum dengan Salam Pancasila diucapakan Yudian dalam Acara Blak-Blakan di detikcom yang vidionnya tayang pada tanggal 12-February-2020, dikutip dari detik news, Yudian mengatakan, Assalamualaikum diucapkan secara total sejak era reformasi tanpa pandang agama. Kini salam justru dilengkapi supaya genap dengan nuansa lima atau enam agama. Ini justru masalah baru, Yudian sepakat dengan ide Salam Pancasila.
Menanggapi beberapa pernyataan ketua BPIP Yudian yang kontroversi, Pimpinan Pusat Persatuan Islam melalui Wakil Ketua Umumnya, Dr. H. Jeje Zaenudin memandang hal tersebut sangat memancing kegaduhan bahkan ketersinggungan dan kemarahan umat.
"Memang sudah sepatutnya Presiden Jokowi mencopotnya dan menggantinya dengan yang lebih berkompeten, sebelum semakin banyak statemennya yang kontraproduktif dengan upaya mewujudkan ketenangan di masyarakat", ungkap Jeje seperti dilansir dari Persis.or.id, Sabtu (22/02/2020).
Ia menyebut, kalau atas nama idiologisasi Pancasila selaku ketua BPIP terus melontarkan statement yang membentur- benturkan pancasila dengan agama, terus merambah makin dalam kepada wilayah privasi agama, bahkan terus menyoal doktrin-doktrin agama yang sama sekali tidak pernah merugikan dan menggangu Pancasila, seperti soal salam dan lain sebagainya, menurut Wakil Ketua Umum PP Persis, hal itu pantas disebut sebagai sebuah provokasi.
"Terus memancing polemik, sentimen dan kemarahan umat, itu kan provokatif sekali", jelas Jeje.
Salam dalam Islam, bukan sekedar basa basi ramah tamah dalam interaksi sosial, Jeje memandang Salam merupakan bagian dari ritual, ibadah, dan doa yang sudah diatur sedemikian rinci dalam fikih Islam.
"Dari mulai tujuannya, lafazh-lafazh salamnya, tempat tempatnya, objek yang disalami nya, dan lain sebagainya, bahkan sampai kepada adab adabnya hingga pahala keutamaan serta pahalanya", terangnya.
Lebih lanjut lagi, Jeje menegaskan semua itu telah menjadi Bab dalam kitab-kitab hadits dan fikih sehingga menjadi Bab khusus tentang Salam. Contohnya salam sebagai penutup shalat, berbeda dengan tujuan salam perjumpaan dan salam perpisahan.
"Salam kepada seorang muslim, non muslim, dan kepada kerumunan yang campur muslim dan non muslim. Semua sudah ada kaidah kaidah fikihnya."Pungkas Jeje.(Ihm/Hlh)