berita

Penolakan Warga Terhadap Jenazah Covid-19, Tatan: Ini Memilukan, Haruskah Covid-19 Membunuh Rasa Kemanusiaan Kita Juga ?

Minggu, 12 April 2020 | 13:50 WIB
IMG-20200412-WA0155

 

Edisi.co.id - Adanya penolakan terhadap penguburan  jenazah yang meninggal karena Covid-19 sungguh sangat memprihatinkan. Padahal penjelasan tentang tata cara pengurusan jenazah karena Covid-19 sudah banyak di terangkan baik oleh pemerintah maupun oleh ormas keagamaan. Bebarapa hari yang lalu terjadi lagi penolakan warga terhadap jenazah korban Covid-19 yang ingin di makamkan di wilayah  Semarang Jawa Tengah.

Menaggapi hal tersebut Tatan Ahmad Santana aktivis kemanusian dan Ulama Muda memberikan tanggapan lewat voice record yang diposting  di  akun facebooknya, pada Ahad (12/4/2020). Tatan mengatakan, Hari Kamis (9/4/2020) bertempat di RS Karyadi Semarang, salah satu saudara kita, sahabat kita, keluarga bangsa kita menghembuskan nafas yang terakhir, namanya Nurnya Kurniasih, sungguh ia wafat dalam usia yang relatif muda 38 tahun.

Siang itu luka dalam tak hanya dirasakan oleh keluarganya, tetapi oleh juga rekan kerjanya, jenazah perawat yang terapapar Covid-19 meninggalkan tempat pengabdian kemanusiannya, dengan dilepas oleh penghormatan seluruh rekan kerjanya.

"Tangan mereka diangkat untuk memberikan penghormatan dan seriring dengan itu nampak hujan air mata pun berjatuhan. Sesampainya di pemakaman kejadian yang memilukan terjadi jenazah pahlawan kemanusian ini ditolak oleh warga." Ujar Tatan.

Menurutnya sungguh ini adalah peristiwa yang memilukan, bagaimana mungkin jasad seorag pahlawan ditolak untuk dikuburkan. Covid-19 memang telah banyak merenggut banyak nyawa, namun haruskah Covid-19 juga membunun rasa kemanusian kita.

"Syahidah Nurnya Kurniasih dan korban Covid-19 lainnya tak pernah memilih untuk wafat karena virus ini. Mereka semua yang wafat hanya menjalankan takdir yang sudah digariskan oleh Robb nya." Imbuhnya.

Melihat semua ini saatya kita membumikan nilai-nilai al-Qur’an dan nilai kebagsaan dalam hidup kehidupan kita. Karena sungguh, kalimat Ruhama-u bainahum yang terdaoa dalam al-Qur’an yang mendorong kita untuk mencintai sesama dan kalimat wa ta’awanu alal birri wa taqwa walaa ta’aa wanu alal itsmi wal udwan yang digariskna didalam al-Quran, yang mengajarkan kepada kita untuk saling bantu-membantu didalam kebaikan.

Bukanlah kalimat suci yang ada didalam teks-teks al-Qur’an, akan tetapi  juga harus kita laksanakan dalam kehidupan keseharian kita.  Dan  sungguh kosa kata gotong royong, kosa kata kemanusiaan yang adil dan beradab, bukan hanya untuk dihadirkan dalam teks-teks pelajaran Pancasila, akan tetapi juga harus hadir dalam kehidupan kita.

"Cukuplah Nurya Kuniasih jenazah Covid-19 terakhir yang ditolak warganya, cukuplah syahidah Nurya Kuniasih dan semoga kedepan kita bisa lebih layak untuk disebut sebagai manusia." Pungkasnya.

 

Reporter/Foto: Henry Lukmanul Hakim

Editor: Ilham Darmawan

Tags

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB