Oleh Anwar abbas. Pengamat sosial dan kehidupan keagamaan
Edisi.co.id - Di tengah-tengah wabah covid-19 ada orang yang dengan lantang bicara kita hanya boleh takut kepada Allah swt saja dan tidak boleh takut kepada lainNya termasuk dengan virus corona. Barangsiapa yang takut dengan virus corona maka berarti dia telah musyrik atau mempersekutukan Tuhan.
Betulkah demikian ? Tentu tidak, karena takut kepada Allah (Khaliq) adalah berbeda dengan takut kepada lainNya (makhluq). Kedua rasa takut ini penting karena dia sudah merupakan fitrah atau pembawaan sejak dari lahir dan fungsinya sangat penting karena dia merupakan mekanisme pertahanan hidup dasar yang ada dalam setiap diri kita sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu yang ada di depan dan atau di dalam hidup kita.
Misalnya kita takut kepada Allah swt karena kita tidak mau eksistensi kita terancam karena mendapatkan murka dariNya dan apalagi nanti di hari akhir kita dimasukkanNya ke dalam NerakaNya. Oleh karena itu supaya kita tidak dimurkai dan dimasukkaNya ke dalam nerakaNya maka kita berusaha mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
Berbeda halnya dengan takut kepada selainnya seperti takut dengan harimau atau virus corona. Kita takut dengan harimau dan virus corona bukan karena dia tuhan, tapi karena dia adalah makhluk Tuhan yang bisa menciderai dan mencelakakan diri kita. Oleh karena itu kita berusaha menjauhi dan menghindarkan diri darinya agar kita selamat dari ancaman dan malapetaka yang bisa ditimbulkannya.
Jadi secara substansial takut dengan Tuhan dan takut dengan corona adalah tidak sama karena Tuhan dan virus corona merupakan dua eksistensi yang berbeda yang satu Khaliq dan yang satu makhluk. Takut kepada Allah harus kita pertahankan dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepadaNya. Dan takut kepada virus corona bisa kita hilangkan dan kurangi dengan mempergunakan ilmu dan teknologi. Dan menurut ilmu, virus corona yang berbahaya bagi manusia itu menular salah satunya melalui kontak fisik. Oleh karena itu salah satu cara yang disarankan ilmu, kita harus melakukan physical distancing.
Jadi itulah sebabnya mengapa kita menjauhi kegiatan berkumpul-kumpul termasuk tidak melakukan sholat berjamaah di mesjid secara beramai-ramai. Dan hal itu kita lakukan bukan karena kita telah mempertuhankan corona tapi karena menurut tuntunan ilmu kita memang harus melakukan hal demikian untuk menjauhkan diri kita dari bahayanya. Itulah mungkin sebabnya mengapa Nabi Muhammad saw sampai berkata yang artinya barang siapa yang menginkan dunia maka dia harus punya ilmunya dan barangsiapa yang menghendaki akhirat maka dia harus ada ilmunya dan barang siapa yang menghendaki kedua-duanya maka dia juga harus ada ilmunya.
Jadi untuk keberhasilan kita dalam menghadapi covid-19 ini kita harus menghadapinya dengan dua hal utama yaitu dengan iman dan ilmu dan tidak hanya dengan mengambil salah satu dari keduanya saja karena dengan mengambil dan mempergunakan keduanyalah hidup kita akan bisa selamat tidak hanya di dunia tetapi juga nanti di akhirat sana.