Edisi.co.id- Terkait masih banyaknya umat Islam yang mempertanyakan bahkan ada pula yang mempertentangkan tentang penyelenggaraan sholat Tarawih dimasa pandemi ini sungguh sangat memprihatinkan kita semua. Dimana mungkin ada  pertentangan antara yang mau tetap ingin salat tarawih di masjid, tapi ada pula yang meminta ditiadakan.

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Persatuan Islam ( Persis ) Dr Jeje Zaenudin  menjelaskan, kesalah- pahaman itu diantaranya karena narasi yang ditonjolkannya adalah "penutupan mesjid" atau penutupan shalat jumat, penutupan sholat jamaah, penutupan taraweh, dan sebagainya yang mengusik sensitivitas dan emosi keagamaan.

"Yang terpenting itu pengurus mesjid harus mengerti betul substansi atau isi dari fatwa MUI dan fatwa dari lembaga lembaga fatwa yang kredibel tentang Pedoman ibadah di mesjid pada masa pandemi. Begitu juga surat edaran dari Pemerintah tentang PSBB. Lalu bersama aparat pemerintah terutama Lurah RW dan RT serta Polsek hingga Babinsa dan Satpol PP harus memberi sosialisasi dan edukasi yang intensif kepada warga masyarakat sekitar sehingga tidak terjadi kesalahpahaman." Jelas Ustadz Jeje.

Ditambahkan lagi, semua itu harus dikonsultasikan dengan pihak berwenang, dalam hal ini adalah pemerintah setempat. Jika memang aman dan diperkenankan bisa dilaksanakan. Jika berbahaya dan zona merah maka jangan sekali kali memaksakan diri.

"Jadi harusnya, jika masyarakat di satu lokasi mesjid bisa disiplin menjaga kebersihan sesuai protokol kesehatan di masa pandemi, seperti kebersihan mesjid, jamaahnya terdeteksi dengan ketat, semua sehat, memakai masker, saling jaga dari kontak langsung satu sama lain dengan jumlah terbatas. Nah mengapa tidak bisa disiasati bergantian umpamanya," imbuh Ustadz Jeje.

Jadi substansi masalahnya adalah penerapan aturan physical distancing untuk memutus mata rantai penularan akibat kontak fisik antar sesama. Bukan masalah mesjid atau sholat jamaahnya.

Kontributor: Henry Lukmanul Hakim

Editor: Ilham Dharmawan