Edisi.co.id - Ihsan Taufiq (18) pria yang akrab disapa Ihsan ini mengatakan, shaum tahun ini adalah pertama kalinya di negeri kebab Turki. Saat ini Ihsan sedang belajar bahasa Turki dan in syaa Allah September ini sudah mulai masuk kuliah.
Kepada edisis.co.id, Sabtu (8/5/2021) Ihsan yang baru 7 bulan tinggal di Istanbul Turki menceritakan pengalamanya. Baru pertama kali Ihsan melaksanakan shaum selama 16 jam atau lebih lama daripada di Indonesia. Ihsan mengaku agak kaget sedikit.
“Meski lebih lama disini enggak kerasa panjang, karena mungkin didukung musim, saat ini kebetulan lagi musim semi jadi kondisinya adem nyaman, jadi sambil berkegiatan tidak terasa tiba tiba udah buka shaum aja,” ucap Ihsan
Kalau pengalaman jauh dari keluarga mungkin bukan hal yang aneh bagi Ihsan. Karena sebelumnya udah mondok dipesantren ketika di SMP dan SMA.
“Jadi memang sudah terbiasa mandiri jauh dari keluarga,” kata Ihsan.
Tetapi yang membedakannya sekarang, kalau lagi kangen ya harus bisa lebih bersabar. Karena nggak bisa asal pulang atau dijenguk.
Alhamdulillah kalau terkait makanan, aku ngga terlalu ambil pusing selagi ada yang dimakan, semuanya saya coba.
“Tetapi soal lidah perbedaan makanan pasti ada, sampai sempet beberapa waktu di awal kedatangan cari-cari makanan mana yang cocok dilidah kita, ngimbangin rasa makanan Indonesia, mulai dari ke makanan-makanan Turki, Arab, Uyghur, dan lainnya,” tambah Ihsan.
Makin kesini mulai terbiasa, karena pagi, siang, sore makan dengan makanan Turki, dan itu jadi salahasatu proses adaptasi yang bikin sekarang mulai biasa sama makanan sini.
Tapi jujur rasa kangen dengan masakan Indonesia sering ada, solusinya telpon orangtua minta kirim bumbu atau makanan Indonesia.
“Kegiatan Ramadhan Ihsan isi bersama teman-temannya sama seperti dengan ramadhan di Indonesia, seperti dengan kegiatan buka bersama, ada kegiatan One Day One Juz, setiap minggu ada setoran hafalan Quran,” ungkapnya.
Membayangkan bagaimana rasanya nanti berlebaran Ied Fitri jauh dari orangtua dan sanak keluarga.
"Rindu ini tidak bisa dipungkiri hanya bisa mengenang saja", kenang Ihsan.
Disinggung kenapa memilih Turki, Ihsan menjawab, ada ketertarikan tersendiri yang tidak bisa dijelaskan, mungkin karena salahsatu faktor pendukung karena sejarah Turki.
“Atau karena wanita Turki cantik-cantik, Ihsan pun tertawa. Saya lebih memilih wanita lokal (Indonesia),” pungkas Ihsan mengakhiri ceritanya.