Edisi.co.id, Bandung - Sepulang dari jamaah Shbuh di masjid Al-Muhajirin, saya baru membuka-buka grup WhatsApp. Alangkah terkejutnya, ketika membuka grup WhatsApp Tajdid Institute, saya mendapat kabar duka bahwa kang Iqbal Hasanudin (IH) telah wafat sekira pukul 04.35 pagi ini, Senin 30 Agustus 2021, di RS Fatmawati Jakarta.
Sungguh saya kaget dan berduka. Baru beberapa hari, di grup Tajdid Institute pula, saya mendapat kabar Kang Iqbal masuk rumah sakit, karena ada masalah di ginjal dan jatungnya.
Saya mengenal almarhum cukup lama. Meskipun baru berinteraksi intensif di grup Tajdid Institute dan Kajian Filsafat setiap malam jumat, dimana kang IH menjadi pemateri utama. Kang IH ini salah seorang santri alumni Pesantren Persatuan Islam Majalengka yang menekuni filsafat. Dari permenungannya, kang IH menjadi sosok yang pluralis. Penghormatan kepada umat berbeda agama, sungguh sangat tinggi. Kajiannya mengenai filsafat, juga sangat mendalam. Wajar saja karena minatnya yang besar pada filsafat.
Baca Juga: Guru dan Murid SDN 02 Wijaya Kusuma Antusiasme Memulai Pembelajaran Tatap Muka
Ia menjadi dosen filsafat di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan faculty member pada Center for Character Building Development Center (CBDC), Binus University. Kang IH juga adalah Ketua Departemen Kajian Pemikiran Keagamaan IKALUIN Jakarta.
Selepas nyantri di pesantren Persis Majalengka tahun 1999, kang IH hijrah ke Jakarta untuk kuliah filsafat dan memperoleh gelar Sarjana Filsafat Islam pada Jurusan Aqidah-Filsafat, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta memperoleh gelar Magister Humaniora pada Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta. Saat ini, ia sedang menulis disertasi pada program doktoral di STF Driyarkara.
Selain sebagai dosen, ia juga aktif di beberapa lembaga swadaya masyarakat seperti LP3ES, LSAF dan Living Values Education (LVE) Indonesia. Dan tentunya menjadi aktivis Tajdid Institute dibawah asuhan Prof. Atip Latifulhayat, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.
Pengasuh Kajian Filsafat yang Cerdas dan Bernas
Setiap malam Jumat, sebagai Direktur Eksekutif Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF) yang juga dosen filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Binus University, Kang IH menjadi pemateri utama kajian filsafat malam jumatan. Host tetapnya Neni Nur Hayati, dari Deep Indonesia. Dan pendukung utamanya, Genial Indonesia yang dikomandani Yayan Sofyani Al Hadi.
Baca Juga: Wapres Harapkan UNUSA Kembangkan Vaksin Covid-19 Dalam Negeri
Setiap malam Jumat, para peminat filsafat diajak berselancar di dunia lain. Dunia filsafat yang penuh makrifat. Dengan jargon, “Siapa Takut Belajar Filsafat”, berbagai pemikiran dari filsafat klasik sampai kontemporer, dibedah dengan bernas oleh kang IH.
Ternyata, malam jumat, 19 Agustus 2021, atau 11 hari sebelum wafatnya, malam ke-50 diskusi filsafat malam jumatan itu menjadi kajian terakhir dari kang IH. Kajian yang sudah berlangsung satu tahun itu, harus terhenti, dengan wafatnya sang filsuf muda. Pembicara tetapnya, telah menghadap sang khalik.
Sudah 50 minggu, teori dan pemikiran-pemikiran besar dari para filsuf klasik hingga kontemporer, dibedah setiap malam jumat. Lebih dari dua jam setiap malamnya. Selama itu, kita dibawa berselancar mulai dari teori keadilan Platonis hingga John Rawis. Dari Teori Kebahagiaan Aristoteles hingga Teori Kebahagiaan Abu Nashr a-Farabi. Dari etika keutamaan ibn Rusyd hingga etika deontologis Immanuel kant. Dari Filsafat Politik Jean Jacques Rousseau, Hegel, hingga filsafat politik John Locke.
Dari filsafat politik Thomas Hobbes hingga Etika Politik Thomas Aquinas. Bahkan dari filsafat sosial Karl Marx hingga pemikiran dan etika politik John Stuart Mill.