Edisi.co.id - Majunya Gibran sebagai calon Wali Kota Solo yang diusung oleh Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) mendapat tanggapan dari Ketua Indonesia Political Review (IPR) Dr Ujang Komarudin. Menurutnya,
tidak mengejutkan jika Gibran mendapatkan rekomendasi dari PDIP. Saya sudah menganalisa sejak jauh-jauh hari dan sudah lama ditanya oleh media tentang pencalonan Gibran. Gibran ini bagaimanapun kan istimewa anak Presiden. Kita tahu juga ketika mengajukan pencalonan di PDIP Gibran itu secara administratif tidak lolos pencalonan. Karena ada ketentuan di PDIP ada aturannya bahwa calon kepala daerah dari PDIP harus jadi pengurus selama dua tahun, harus aktif , Gibran kan tidak pernah. Cuma persoalannya adalah karena dia anak Jokowi, anak Presiden maka itu di loloskan. Dan akhirnya dengan banyak pertimbangan PDIP kemarin merekomendasikan Gibran menjadi Walikota mengalahkan kader senior seperti Rahmat Purnomo.
"Jadi saya tidak aneh dan tidak heran ketika anak presiden menjadi calon kepala daerah walaupun selama ini belum pernah aktif di PDIP. Namanya juga politik pasti akan terjadi. Di politik, apa pun bisa terjadi. Jadi orang yang tidak pernah aktif , orang yang tidak pernah berjuang di partai seperti Gibran bisa jadi Walikota itu cerminan bahwa memang politik kita cenderung mengarah pada oligarki dan dinasti politik. Jadi saya tidak aneh dan tidak heran jika Gibran di rekomendasikan oleh PDIP," ujar Dr Ujang ketika diwawancarai oleh Edisi.co.id, Sabtu (18/7/2020).
Beliau menambahkan, ini bagai makan buah Simalakama bagi PDIP jika dia tidak meloloskan Gibran sesuai dengan ketentuan administratif partai maka hubungan dengan Jokowi tidak akan baik tidak akan bagus, oleh karena itu maka menjaga hubungan antara PDIP Megawati – Jokowi maka Gibran di loloskan kira-kira begitu.
“Kalau dilusuri terkait persoalan dinasti politik, dia anaknya presiden sudah tentu itu bagian dari proses atau bagian dari dinasti politik. Karena kita tahu pasca Reformasi, 22 tahun reformasi bukan demokrasi yang terkonsolidasi tapi hari ini adalah Oligarki dan dinasti poltik yang terkonsolidasi termasuk dalam konteks pencalonan Gibran ini." Kata Ujang.
Rakyat tau bahwa dia (Gibran) anak presiden. Ayahnya memiliki kekuasaannya yang besar.
Dengan aji mumpung maka dia mencalonkan diri jadi calon Walikota yang kemungkinan besar mengikuti jejak ayahnya. Jadi persoalan dinasti politik ya faktanya seperti itu. Dan ini sebenarnya sangat disayangkan apalagi Jokowi pernah mengatakan: “Dulu Anak-anaknya tidak akan masuk Politik, tapi faktanya hari ini kita menyaksikan keluarganya masuk Politik. Mungkin ini godaan Kekuasaan yang enak yang lezat dan gurih sehingga dulu tidak berpikir atau tidak ingin memaksakan anak laki-lakinya masuk politik dengan berjalanya waktu maka ucapan itu dibantah dengan sendirinya.
"Dalam Pilkada proses pencalonan Kepala daerah itu ada dua, ada yang melalui jalur independen ada yang melalui jalur partai politik. Kalo Gibran ini kan melalui jalur partai politik jadi dia harus memenuhi ketentuan-ketentuan Undang-undang seperti mendapatkan 20 persen dukungan kursi di DPRD. Kita tahu PDIP ini kan mendapatkan 30 kursi dari 45 kursi yang ada, jadi dari PDIP sendiri sudah melampaui syarat ketentuan yang diminta oleh undang-undang . jadi hampir 70 persen suara perolehan PDIP di DPRD Solo. Jadi dengan sendirinya bisa memenuhi syarat, apalagi partai-partai lain juga sekarang saat ini sudah mengikuti jejak PDIP untuk mengusung Gibran. Jadi menurut saya syarat yang lain-lain tentu ya syarat administratif yang ada dalam Undang-undang.” imbuhnya.
Peluangnya menangnya sangat besar. Itu kita tidak melakukan kalkulasi Politik, secara matang pun sangat jelas dia anak Presiden, dia didukung oleh PDIP sebagai partai pemenang di Solo, tentu yang lainnya tidak akan berani melawan Gibran. Jadi menurut saya bisa jadi Gibran itu dengan Teguh itu akan melawan kotak kosong. Dengan peta politik yang ada sekarang ini. Artinya, Gibran-Teguh itu menangnya akan menang mudah, dan bisa jadi melawan kotak kosong.
"Jika pun ada lawan politiknya nanti ada penantangnya itu pun bisa jadi sebagai lawan politik boneka yang dijadikan oleh kelompoknya Gibran untuk sebagai pemanis, hanya sebagai peramai konstelasi pilkada di Solo saja. Jadi clear itu saya sudah menganalisa perjalanan Gibran dari mulai mendapatkan KTA (Kartu Tanda Anggota) PDIP lalu ketemu Megawati lalu tidak lolos administrasi dan di loloskan, lalu ikut Fit and proper test, sekarang direkomendasikan, ini tinggal hanya menunggu pilkada menang dan dilantik saja kalo tidak ada hal lain, hal lain itu misalkan meninggal dunia, tapi selama ini sangat clear dan jelas secara politik sangat di untungkan dan secara politik akan menang besar.” tutupnya. (Kiki)