Edisi.co.id-'BanyuShield' dieksekusi sebagai produk solutif bagi permasalahan peternakan di Pandeglang, Banten, yang menyoroti dua masalah utama yakni : bau tidak sedap dan risiko keberadaan bakteri pada kandang ternak.
Menerapkan inovasi paten 'RAMAMBU', limbah cangkang Udang disulap menjadi kitosan yang berfungsi sebagai formula antibau dan antibakteri, menjadi produk penyelamat peternakan yang memiliki nilai jual.
Realisasi ini memakan waktu lima bulan dengan pelatihan rutin yang diberikan oleh kolaborasi Universitas Indonesia pada 1-30 Desember 2024, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dan Universitas Mathla’ul Anwar melalui Program Diseminasi Teknologi dan Inovasi (PDTI) 2024.
Baca Juga: Antusias, 200 Relawan Dompet Dhuafa ikuti Pelatihan Manejemen Kebencanaan
Memiliki sumber peternakan berlimpah, wilayah Pandeglang dihadapi dengan permasalahan bau tak sedap, dan keberadaan bakteri pada kandang yang berpotensi menimbulkan penyakit pada hewan ternak.
Apabila dibiarkan, hal tersebut dapat menurunkan produktivitas di bidang peternakan setempat.
Mencegah terjadinya hal tersebut, tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) yang diketuai oleh Dr. Retno Lestari, M.Si. telah melakukan 'Diseminasi Teknologi' disertai kunjungan rutin ke Desa Banyubiru, Pandeglang, Banten.
Kunjungan rutin yang dilakukan bertujuan untuk memberikan pelatihan optimal bagi para pemuda setempat terkait proses produksi kitosan cair anti bau yang kemudian diberi nama 'BanyuShield'.
Penamaan 'BanyuShield' berasal dari dua kata utama yakni : 'Banyu' yang berasal dari
nama depan Desa Banyubiru, dan 'Shield' yang merupakan terjemahan bahasa Inggris dari kata tameng. Menggabungkan dua kata tersebut, 'BanyuShield' memiliki makna air yang mengalir.
Proses pembuatan kitosan melibatkan interdisiplin ilmu kimia dan biologi. Dengan alat teknologi yang diinvestasi oleh tim pengabdi melalui pendanaan Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Riset, dan Teknologi (DIKTI), cangkang kulit Udang diproses melalui serangkaian tahap yakni : demineralisasi, destilasi, dan netralisasi hingga menjadi kitosan cair.
Dalam pembiasaan penggunaan alat, masyarakat dilatih secara langsung oleh tenaga ahli yakni : Dr. Pipih Suptijah yang merupakan perancang alat teknologi produksi kitosan tersebut.
Tidak hanya itu, tim pengabdi juga mendorong kemandirian ekonomi pemuda Desa Banyubiru, Pandeglang, Banten dengan pembekalan materi seputar ekonomi, serta penjualan produk. Para pemuda dibekali materi sosialisasi mulai dari aspek perancangan visual kreativitas pengemasan produk, hingga pemasaran produk yang efektif.
Melalui pelatihan ini, para pemuda
mengaku menjadi paham bagaimana cara mengemas, memasarkan, hingga mengelola
keuangan produk 'BanyuShield'. Meskipun dinilai sulit pada awalnya, kini para pemuda mengaku telah mampu dan memahami proses pembuatan kitosan hingga pemasaran produk 'BanyuShield'.
Hal ini terlihat dari peningkatan kualitas pemahaman melalui 'Post Test' yang diedarkan oleh tim pengabdi setelah kegiatan pelatihan rutin.
Saat ini, produk BanyuShield telah memiliki logo produk, dan sudah mulai dipasarkan dalam lingkungan kecil masyarakat Desa Banyubiru, Pandeglang, Banten. Produk juga telah diaplikasikan pada kandang ternak setempat untuk menghilangkan bau dan mencegah perkembangan bakteri.(Arifin)***
Artikel Terkait
Jelang Timnas vs Filipina di ASEAN Cup. Pengamat: Dukungan ke STY Tinggal 60 Persen
540 Atlet Ikuti Kejuaraan Panahan, Ketua Perpani Tangsel Gunung Kartiko Sebut Tangerang Selatan Open Archery Championship 2024 Terbesar di Tangsel
Saling Dukung Antar Kementerian dan Lembaga, Bapanas dan Bulog Berkomitmen Serap Hasil Panen Petani Dengan Harga Tinggi
Kadispora Tangerang Selatan Buka Tangsel Open Archery Championship 2024, Berhadiah Total 110 Juta
Gandeng Pakar Psikolog Garlicha, SMP PCI Gelar Parenting Bertajuk Merangkul Inner Child Gapai Hidup Lebih Damai