Edisi.co.id - Dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat (AS) dan China mencapai kesepakatan untuk memangkas tarif perdagangan sementara, pada Senin, 12 Mei 2025.
Kesepakatan ini memberi angin segar di tengah ketegangan perang dagang yang selama ini mengguncang pasar global dan memicu kekhawatiran resesi di pasar global.
Dalam pengumuman bersama delegasi AS dan China di Swiss, AS menyatakan akan menurunkan tarif tambahan terhadap impor asal China dari 145 persen menjadi 30 persen.
Baca Juga: Update Insiden Ledakan Amunisi Tak Layak di Garut: 9 Warga Sipil dan 2 Anggota TNI Meninggal Dunia
Sebagai balasan, China juga memangkas tarif atas barang-barang asal AS dari 125 persen menjadi 10 persen. Kebijakan ini berlaku selama 90 hari mendatang, sejak Senin, 12 Mei 2025.
Dilansir dari Reuters, pasar langsung bereaksi positif. Nilai tukar dolar AS menguat dan bursa saham di berbagai negara langsung menghijau.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent menuturkan kabar ini menenangkan pelaku pasar setelah gejolak bulan April 2025 lalu.
Hal tersebut akibat kebijakan Presiden Donald Trump yang tiba-tiba menaikkan tarif demi menekan defisit perdagangan AS.
"Dua negara berhasil mewakili kepentingan nasional masing-masing dengan sangat baik," ujar Bessent.
"Kita sama-sama ingin perdagangan yang seimbang. AS akan terus bergerak menuju arah itu," tungkasnya.***
Artikel Terkait
Komentar Ernest Prakasa usai Film 'Agak Laen' Disalip JUMBO: Kekalahan Paling Membanggakan
Timbulkan Banyak Korban, Begini Kronologi Ledakan Amunisi di Garut, Terdapat Perangkat Bahan Peledak yang Tetiba Meletus dari Dalam Lubant
Menyelami Makna Kirab Waisak 2025 lalu, Perayaan yang Dilakukan Umat Buddha Tanah Air dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur
Pasca Insiden Ledakan Amunisi di Garut, TNI Sebut Kemungkinan Masih Ada Peledak Berbahaya di Lokasi Kejadian
Sempat Viral Manggung Pakai GPS, Zul Zivilia Ternyata Rutin Kumpulkan Uang dari Aktivitias Bermusik