edisi.co.id - Insiden ambruknya bangunan asrama putra Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin 29 September 2025, meninggalkan duka mendalam.
Ratusan santri menjadi korban dalam musibah yang terjadi saat mereka tengah menunaikan salat Asar berjamaah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, hingga Sabtu 4 Oktober 2025, jumlah korban meninggal dunia akibat tragedi itu mencapai 14 orang, sementara total korban tercatat 167 orang.
Baca Juga: Kasus Korupsi Laptop Chromebook: Cermin Ironi Nilai Antikorupsi yang Pernah Dijunjung Nadiem Makarim
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, dari jumlah tersebut, 103 orang dinyatakan selamat, 14 meninggal dunia, dan satu orang telah kembali ke rumah tanpa memerlukan perawatan medis lebih lanjut.
“Sebanyak 14 orang masih dirawat di rumah sakit, 89 orang sudah diperbolehkan pulang, dan satu korban dirujuk ke rumah sakit di Mojokerto,” jelas Abdul Muhari.
Namun demikian, berdasarkan data absensi pondok, 49 santri lainnya masih belum ditemukan dan tengah dalam proses pencarian oleh tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, BPBD, TNI-Polri, PMI, Tagana, Damkar, serta sejumlah relawan.
“Proses pencarian dan evakuasi masih terus dilakukan dengan dukungan penuh dari semua pihak,” tambahnya.
Bangunan Baru Selesai Diperbaiki
Menurut keterangan Pengasuh Ponpes Al Khoziny, Abdul Salam Mujib, bangunan tiga lantai yang ambruk tersebut ternyata baru saja selesai tahap pengecoran di bagian atap lantai tiga pada hari kejadian.
“Proses pengecoran dilakukan sejak pagi dan selesai sekitar pukul 12.00 WIB,” ujar Salam.
Pengasuh ponpes itu menuturkan bahwa lantai pertama rencananya digunakan sebagai tempat ibadah, sedangkan lantai dua dan tiga difungsikan sebagai balai pertemuan dan asrama santri.
Proses renovasi gedung, kata Salam, sudah berlangsung beberapa bulan terakhir dan ambruknya bangunan ini merupakan tahapan akhir dari seluruh rangkaian renovasi pondok pesantren.
“Saya menduga struktur bangunan tidak kuat menahan beban setelah pengecoran. Mungkin itu yang menyebabkan gedung ambruk,” katanya.
Artikel Terkait
LPM Universitas Garut hadirkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Curug 7 Cimanganten
Dari DPR hingga Kabinet: Subsidi LPG 3 Kg Jadi Perdebatan Misbakhun, Bahlil, dan Purbaya
Sorotan Kasus Deddy Corbuzier: Memahami Arti Sidang Tertutup dalam UU Peradilan Agama
Melihat Perkembangan IKN Menuju Ibu Kota Politik 2028, Basuki Hadimuljono Laporan ke Istana hingga Dukungan Pembiayaan dari Kemenku
Fenomena Rokok Ilegal dan Wacana Pemutihan Produsen oleh Menkeu Purbaya