Selanjutnya, Anthony menyebut nominal tersebut belum termasuk dalam dugaan mark up anggaran.
“Tadi 5,5 miliar dolar Amerika itu sudah sangat mahal yang menjadi 6,07 miliar dolar Amerika. Kalau kita komparasi denan proyek-proyek sejenis, paling mahal itu sekitar 4 miliar dolar Amerika,” sambungnya.
“Jadi, ada dugaan mark up di sini paling sedikit 2 miliar dolar Amerika,” tegasnya.
Anthony juga menambahkan bahwa ada dugaan lain, yakni tim yang dibentuk dalam proyek Whoosh memanipulasi evaluasi pemilihan pengadaan barang.
“Ada beberapa komponen biaya yang memang sengaja dipisahkan atau tidak dimasukkan ke dalam proyek evaluasi, kayak tadi suku bunga, bunga pinjamannya,” paparnya.
Jangka Waktu Utang Jadi Tanggung Jawab Beberapa Periode Pemerintahan
Bambang Widjojanto juga menyoroti beban utang yang diberikan kepada Indonesia, tak hanya uang tetapi juga periode waktu pelunasan.
“Sebenarnya seluruh proses ini membebani keuangan negara, bukan hanya jumlah tapi periode yang melampaui beberapa kepala pemerintahan Indonesia ke depan,” kata Bambang.
“Jadi ini dosanya tuh kok akumulasi panjang banget,” imbuhnya.
Sementara itu, proyek Whoosh ini membuat negara terlilit utang hingga Rp116 triliun, dengan pembayarannya tengah bernegosiasi untuk restrukturisasi dari 40 tahun menjadi 60 tahun.
***
Artikel Terkait
Skandal Impor Pakaian Bekas Dinilai Bikin Resah, Asosiasi Tekstil Pernyataan Kejelian Bea Cukai di Pelabuhan Tikus
SPBU di Malang Kena Sidak Menyusul Keluhan Masyarakat soal Motor 'Brebet', Bahlil: Kualitas Minyak Sesuai Standar
DKP3 Kota Tangerang Selatan Dukung Penuh Program Kemandirian Pangan Pondok Tahfidz Wadil Quan
Pertemuan Donald Trump dan xi Jinping di Korsel, Penanda Turunnya Tensi Perang Dagang AS vs China?
Ramai Tuntutan Refund Konser Day6, Bos Mecimapro Justru Masuk Bui Gara-Gara Penggelapan Dana Investor Konser TWICE 2023