Ia menuturkan bahwa keberadaan budidaya nila dan sayuran merupakan hasil koordinasi pemerintah desa bersama Rumah Amal Salman, yang diprakarsai oleh tokoh masyarakat setempat.
“Mudah-mudahan ke depan ini menjadi pilot project untuk semua wilayah, terutama desa-desa di Kabupaten Garut, dalam pengembangan SDM dan pelatihan bagi masyarakat,” ungkapnya.
Direktur Rumah Amal Salman ITB, Syachrial menjelaskan bahwa kolaborasi ini diharapkan dapat berjalan jangka panjang melalui peran berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, perusahaan lokal, dan masyarakat.
“Harapannya ini jadi laboratorium nyata, tempat bertemu langsung dengan persoalan stunting, perangkat desa, dan akademisi. Ini jadi tempat kolaborasi yang hidup,” katanya.
Ia menambahkan bahwa Rumah Amal Salman telah bekerja sama dengan pesantren selama 10 tahun untuk pemanfaatan lahan tersebut. Sinergi ini diharapkan mampu melahirkan inovasi berkelanjutan.
“Semoga bisa diduplikasi, meskipun tiap wilayah berbeda. Kami di Rumah Amal siap mendampingi dengan dukungan ahli ITB dan mahasiswa untuk menyesuaikan kebutuhan dan potensi wilayah,” ujarnya.
Peresmian ini menandai langkah penting bagi Garut sebagai daerah percontohan dalam integrasi program Bangga Kencana, penguatan ketahanan pangan keluarga, serta strategi percepatan penurunan stunting melalui pendekatan kolaborasi pentahelix.***
Artikel Terkait
FWK Pertajam Ideologi Kebangsaan Media Massa
Pelaksanaan Ops Sikat Jaya di Dermaga Kali Adem Pelabuhan Muara Angke
Danlanud Husein Sastranegara Cup 2025 Pacu Prestasi Atlet pada Kejurnas Menembak Reaksi AAIPSC Level II
KA Argo Wilis dan KA Turangga Hadir dengan Rangkaian Stainless Steel New Generation, Berikut Stasiun di Daop 6 Yogyakarta yang Dilayani
Gelar Sarasehan, SPI akomodir Aspirasi Perwakilan Cabang