Di Museum Abubker Alamoudi Mekkah, 40 Jemaah Umroh PT Karya Imtaq Sempatkan Foto Tiga Dimensi Hajar Aswad

photo author
- Minggu, 30 April 2023 | 21:05 WIB
40 jemaah umroh PT Karya Imtaq yang dibimbing oleh Ustaz Jejen Jaenudin M.Pd dan didampingi oleh Sekretaris Majelis Persatuan Islam Prof. Dadan Wildan Anas - ketika berfoto di Museum
40 jemaah umroh PT Karya Imtaq yang dibimbing oleh Ustaz Jejen Jaenudin M.Pd dan didampingi oleh Sekretaris Majelis Persatuan Islam Prof. Dadan Wildan Anas - ketika berfoto di Museum

Edisi.co.id, Mekkah - Ada museum mini di lintasan jalan raya Mekkah - Jeddah. Namanya Abubker Alamoudi Museum, sebagaimana ditulis di papan nama di atas pintu masuk museum. Sering disebut Museum Alamoudi saja.

Dihari terakhir city tour di Kota Mekkah, Muthowif jemaah umrah Syawal 1444 H yang bergabung dengan PT. Karya Imtaq, mengajak untuk berkunjung ke Museum ini. Pasalnya, esok harinya 40 jemaah sudah harus berangkat menuju kota Madinah.

Sekretaris Majelis Penasehat Pimpinan Pusat Persatuan Islam Prof. Dadan Wildan Anas mengungkapkan, awalnya, saya mengira ini Museum Abu Bakar, sahabat Nabi, karena ada nama Abubker. 

Baca Juga: Muhammadiyah Apresiasi Kemlu Dan Bentuk Tim Satgas Bantu Tangani Penyintas Konflik Sudan

“Namun, perkiraan saya salah. Nama Abubker, bukan merujuk pada Abu Bakar, sahabat Nabi, namun merujuk pada nama pendiri Museum ini, yakni Abu Bakar Alamoudi. Seorang pengusaha Saudi yang membangun Museum seluas 2000 meter ini,” ucap Prof Dadan dala  keterangannya, Ahad (30/4/2023). 

Ia menambahkan, museum Alamoudi menjadi destinasi wisata baru bagi jamaah haji dan umrah. Berlokasi di tengah padang pasir dan gunung batu wilayah El-Shimeisi.

“30 menit menggunakan bus dari Mekkah menuju Jeddah. Terletak di pinggir jalan raya Mekkah - Jeddah Highway. Museum ini mudah dijangkau,” terangnya.

Baca Juga: Tinjau Sejumlah Stasiun KA, Pj. Gubernur Heru Pastikan Penataan Sarana-Prasarana Berjalan Optimal

Menariknya, lanjut Prof. Dadan, di pintu masuk, disimpan bajaj tua berwarna merah. Bangunan Museum diberi arsitektur aksen rumah orang Arab abad ketujuh. Sekeliling museum, dibenteng. Dibangun dari tanah liat yang dicampur jerami. Berwarna coklat. Tanpa cat.

“Di sebelah kanan Museum, ditampilkan sumur tempat menimba air. Lengkap dengan kerekan, tali pengerek dan ember dari kulit. Dikelilingi pinggiran sumur dari batu dan tanah liat,” ungkapnya Prof. Dadan.

Staf Ahli Menteri Sekretariat Negara pun menyampaikan, disamping sumur, ada deretan rumah-rumah kecil dari tanah. Di setiap rumah, diisi perabotan rumah tangga masyarakat Arab kampung di masa tanah Arab belum maju.

Baca Juga: Elektabilitas Tertinggi, Erick Thohir Cawapres Potensial di Mata Publik

“Ada timbangan tua, peralatan dapur, perkakas pertanian, hingga barang barang tua keseharian. Serta di depan deretan rumah kecil, ada halaman cukup luas. Dilengkapi rumput sintetis,” imbuh Prof. Dadan.

Bangunan utama Museum, sebuah bangunan cukup  besar. Ini bangunan utama tempat menyimpan memorabilia masyarakat Arab. Umumnya benda benda  yang digunakan pada abad 19 dan awal abad 20. Berbagai properti peradaban dan perlengkapan hidup sehari-hari masyarakat Arab di zaman dulu, dipamerkan. Seadanya. Disusun agak berantakan. Tanpa kotak atau tempat pameran memorabilia yang layak. Memang, benda benda yang dipamerkan, tidaklah memiliki nilai sejarah yang tinggi. Sekedar perlengkapan memasak tua. Alat makan dan minum.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Henry Lukmanul Hakim

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB
X