Edisi.co.id, Kabupaten Bandung - Kegiatan Academic Camp yang digelar untuk siswa Kelas 9 SMP Prima Cendeki Islami (SMP PCI) Baleendah Kabupaten Bandung, menyuguhkan materi yang berbeda setiap harinya. Academic Camp yang berlangsung tiga hari dari tanggal 18 sampai dengan 20 April 2024 dengan mengambil tempat di Sekolah Alam SMP PCI di Warnasari Pangalengan itu, berlangsung menyenangkan.
Di tengah kehijauan kebun teh, pada hari pertama, para siswa dibekali pemantapan materi capaian hasil pembelajaran setiap mata pelajaran selama enam semester di SMP PCI. Di hari kedua, bekerjasama dengan Brain Academy Ruang Guru, diberikan materi strategi belajar yang tepat dan menyenangkanuntuk studi lanjutan di sekolah menengah.
Di hari ketiga, secara khusus para peserta Academic Camp diajak berziarah ke makam dan rumah kediaman Karel Albert Rudolf Bosscha (15 Mei 1865 – 26 November 1928). Ia adalah seorang Belanda keturunan Jerman yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat pribumi Hindia Belanda pada era kolonial Belanda di akhir abad 19 dan awal abad 20.
Baca Juga: Diikuti 68 Jamaah Calon Haji, KUA Kecamatan Cipayung Kota Depok Gelar Bimbingan Manasik Haji
Para peserta Academic Camp diajak ke makam Tuan Bosscha yang berada di rerimbunan hutan di samping hamparan kebun teh Malabar. Tidak tanggung tanggung, kisah Tuan Bosscha diceritakan langsung oleh Guru Besar sejarah yang juga Staf Ahli Menteri Sekretaris Negara RI bidang Polhukam, Prof. Dr. Dadan Wildan, M. Hum.
Ketua Yayasan Prima Cendekia Islami Prof. Dadan menjelaskan, tidak setiap orang Belanda itu penjajah yang jahat. Yang mengambil harta kekayaan dan mengeksploitasi penduduk pribumi. Namun ada juga yang baik, meskipun tidak banyak, seperti Tuan Bosscha ini.
“Tuan Bosscha merupakan seorang pemerhati ilmu pengetahuan dan astronomi,” ungkapnya.
Baca Juga: Mahkota Raja Pajajaran Binokasih dan Artefak Dipamerkan di Perpustakaan Kota Bogor
Ia menerangkan, pada Tahun 1887, Bosscha muda di usia 22 tahun, datang ke tanah Jawa untuk bekerja di perkebunan pamannya. Tahun 1896, Bosscha mendirikan Perkebunan Teh Malabar hingga akhirnya menjadi juragan perkebunan teh di Pangalengan.
“Ia juga mendirikan Pabrik Teh Malabar dan Pabrik Teh Tanara," ujar Prof. Dadan.
Selanjutnya, kata Guru Besar Sejarah ini, pada tahun 1901 Bosscha mendirikan sekolah dasar bernama Vervoloog Malabar. Sekolah ini didirikan untuk memberi kesempatan belajar secara gratis bagi kaum pribumi Hindia Belanda, khususnya anak-anak karyawan dan buruh di perkebunan teh Malabar agar mampu belajar setingkat sekolah dasar selama empat tahun.
Baca Juga: Problematika Dakwah dan Profesionalismenya
“Sekolah Rakyat ini dibangun atas kebaikan hati juragan teh Bosscha,” tutur dia.