Edisi.co.id - Jelang hari raya Idul Adha 1445 H, Sinergi Foundation tidak hanya andalkan program Green Kurban semata. Program ini memiliki berorientasi pada pelestarian lingkungan. Di mana setiap hewan dikurbankan turut ditanam pohon.
Namun di samping itu, Sinergi Foundation mengiringi Green Kurban ini dengan menggelar edukasi penyembelihan halal bekerja sama dengan Juru Sembelih Halal Indonesia (JULEHA) pada Ahad (9/6) di Masjid Almurabbi, Sukasari, Kota Bandung.
Gelaran acara ini bertujuan menyiarkan tata cara atau fikih penyembelihan yang sesuai dengan tuntunan syariat. Edukasi yang dimaksud mulai dari syariat, alat hingga, hal-hal teknis lainnya.
"Tujuannya adalah syiar terkait tata cara fikih penyemblihan yang sesuai syariat,sehingga daging hasil sembelihannya menjadi halal dan juga tayib," terang bagian Syiar Dakwah Sinergi Foundation, Wahyu Irawan di lokasi acara.
Baca Juga: Sisihkan Uang Jajan, 6 Tahun Berturut, Khaidir Tayyar Selalu Berqurban dari Tabungan Sendiri
Wahyu menyoroti, di lapangan masih terdapat praktik-praktik penyembelihan baik secara umum atau khususnya saat kurban, masyarakat belum memahami bagaimana syariat mengaturnya.
Poin penting dari syariat mengatur hingga hal-hal detail seperti penyembelihan ini mengindikasikan bahwa perlakuan baik tetap harus dilakukan sekalipun hewan tersebut jelang kematiannya.
"Di sini lah Islam begitu detail mengatur syariatnya. Berbuat ihsan (baik) mesti tetap dilakukan meskipun hewan akan menjemput detik-detik kematiannya," tambah Wahyu.
Dari tajuk acara yang mengusung penyembelihan halal, penanggung jawab program ini, Ikhwan Rizanulloh Huakbar, memaparkan bagaimana praktik-praktik yang biasanya mengurangi kehalalan penyembelihan.
Di antara yang kerap terjadi seperti alat yang kurang tajam, penyembelihan dilakukan di pangkal leher dengan tujuan memutuskan saluran pernapasan atau esofagus dan dua urat leher tidak sempurna.
"Paling banyak yang terjadi di masyarakat dan berpotensi mengurangi kehalalalan tentunya seputar fikih. Yang paling sering terjadi, ya, di detik-detik hewan itu dipotong baik proses perobohanya atau saat eksekusinya bisa disebabkan alatnya mintul (tidak tajam)," kata Ikhwan.
Baca Juga: Pilkada Depok Semakin Dinamis, Alumni Muda Gontor Dukung Supian Suri
Edukasi sembelih hewan berjalan dialogis. Puluhan peserta begitu antusias dalam menyampaikan beragam pertanyaan pada Nur Ilham Asy-Syarief yang bertindak sebagai trainer tersertifikasi BNSP.
Permasalahan yang muncul seperti menyikapi aturan syariat yang bercampur dengan adat istiadat di berbagai tempat. Menyikapi permasalahan tersebut Nur Ilham memilih jalan tengah dengan bertoleransi asal tidak keluar dari syariat dengan menjunjung nilai halal dan tayib.