Edisi.co.id, Jakarta - Pria kelahiran Bandung, 24 September 1967, Prof. Dadan Wildan Anas (57), menceritakan kisahnya selama 20 tahun menjadi birokrat eselon 1 di lingkungan Istana Kepresidenan, dengan tiga Presiden dan lima Menteri.
Prof. Dadan Wildan Anas yang akrab disapa Prof. Dadan, mengawali kisahnya menjelaskan, dirinya menjadi birokrat di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara (Kemensekneg) sejak awal tahun 2005. Saat itu, Menteri Sekretaris Negara, Prof. Yusril Ihza Mahendra (2004-2007), memintanya untuk menjadi Staf Khusus Mensesneg, bersama Dr. Hamdan Zulfa dan Dr. Margarito Kamis.
“Setelah Prof. Yusril digantikan oleh Pak Hatta Radjasa (2007-2009), saya didapuk dari Staf Khusus Mensesneg menjadi Staf Ahli Mensesneg hingga era Mensesneg Letjen TNI Purn. Sudi Silalahi (2009-2014),” ungkap Prof. Dadan kepada edisi.co.id ditemui di kantor barunya di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (8/12/2024).
Baca Juga: KH. Bachtiar Nasir Serukan Netizen Indonesia untuk Jaga Lisan
Selanjutnya kata dia, berakhirnya pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014) digantikan oleh Presiden Joko Widodo (2014-2024), tidak membuat karirnya di Sekneg berakhir. Ia masih tetap sebagai Staf Ahli Mensesneg Prof. Pratikno.
“Bahkan diminta beralih posisi menjadi Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Hubungan Kelembagaan dan Kemasyarakatan yang dijabatnya selama enam tahun (2015-2021),” papar Prof. Dadan.
Di tahun 2021, sambungnya, ia bergeser kembali menjadi Staf Ahli Mensesneg Bidang Politik, Pertahanan, Keamanan hingga berakhirnya pemerintahan Presiden Joko Widodo di tahun 2024.
Pemerintahan terus berganti. Di bawah Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, serta Mensesneg Prasetyo Hadi.
“Saya berpindah lagi posisinya, kembali menjadi Deputi di Bidang Dukungan Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan dan Pembangunan Sumber Daya Manusia Sekretariat Wakil Presiden,” ungkapya.
Alumni Jurusan Pendidikan Sejarah IKIP Bandung tahun 1989 ini, memiliki keunikan tersendiri. Dirinya berhasil menjadi dosen di usia 22 tahun.
“Dan Meraih jabatan Guru Besar di usia 37 tahun. Dan menduduki jabatan eselon 1 di usia 38 tahun,” tegas Prof Dadan.
Baca Juga: Komitmen Kemendikdasmen di NTT: Pendidikan Berkualitas untuk Semua
Menurutya, selama 20 tahun berada di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara yang diawali menjadi Staf Khusus Mensesneg, dua kali Staf Ahli Menteri, dan dua kali jadi Deputi Menteri, merupakan sejarah baru.