Edisi.co.id - Kepergian komedian Mat Solar membawa duka mendalam bagi banyak pihak, termasuk sahabat sekaligus lawan mainnya di Bajaj Bajuri, Rieke Diah Pitaloka.
Rieke mengungkapkan rasa kecewanya karena hingga hari terakhir Mat Solar, ia belum bisa menuntaskan perjuangan dalam memperjuangkan hak sang komedian terkait masalah tanah yang belum terselesaikan.
Tepat pada hari Mat Solar meninggal dunia, Senin 17 Maret 2025, Rieke kembali mengangkat persoalan tanah yang belum terselesaikan dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Dirut PT Jasa Marga, Subakti Syukur, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat.
Sebagai Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Rieke menyoroti kasus uang ganti rugi tanah senilai Rp3,3 miliar yang seharusnya diterima Mat Solar, namun hingga kini masih tertahan di pengadilan.
Ia merasa heran karena meski bertahun-tahun memperjuangkannya, uang tersebut belum juga disalurkan kepada Mat Solar.
"Yang dianggap sengketa lahan terkait tanah Mat Solar, Pak, 'suami' saya Bang Juri, Pak. Pihak Jasa Marga dalam hal ini PT Cinere Serpong Jaya untuk tanah seluas 1.300 sekian meter, Pak, dengan nilai Rp 3,3 miliar,” ucap Rieke.
“Dititipkan ke pengadilan melalui PU oleh Cinere Serpong Jaya. Itu kan, saya nggak ngerti, saya udah bertahun-tahun ngurusin ini," tambahnya dalam rapat pada Senin, 17 Maret 2025 siang.
Rieke berharap Jasa Marga bisa segera menyelesaikan permasalahan ini agar hak Mat Solar bisa segera diberikan.
Ia menyoroti bagaimana keputusan Jasa Marga yang dinilai terlalu cepat melakukan konsinyasi tanpa memeriksa lebih lanjut status kepemilikan tanah.
"Dan saya berterima kasih. Mudah-mudahan di bulan Ramadan ada secercah harapan untuk Bang Juri yang sedang stroke saat ini sejak 2017. Dan tanah itu saya pastikan itu tanah memang hasil syutingnya Bang Juri," kata Rieke.
Ia menegaskan bahwa tanah tersebut adalah hasil kerja keras Mat Solar selama berkarier di dunia hiburan dan diperjuangkan untuk menjadi tabungan hari tua.
Sayangnya, karena permasalahan yang berlarut-larut, haknya belum juga didapat.
"Dan itu adalah uang yang dia perjuangkan untuk simpanan hari tua. Jadi kita sudah bolak-balik ke BPN dan seterusnya pimpinan dan sekarang harus masuk perdata,” ungkapnya.