Sebagai bagian dari grup Lensois, Titiek Puspa mengambil peran sentral sebagai vokalis utama.
Grup ini bukanlah sembarang kelompok musik. Lensois dibentuk sebagai bagian dari diplomasi budaya Indonesia.
Tujuan utamanya adalah mengenalkan dan mempromosikan musik serta seni Indonesia di forum-forum internasional.
Lensois merupakan inisiasi langsung dari Presiden Soekarno dan dibentuk oleh musisi kenamaan Jack Lesmana.
Grup ini menjadi semacam simbol perlawanan terhadap dominasi musik Barat yang saat itu sangat mendominasi ruang budaya tanah air.
Di tangan Lensois, dan dengan suara Titiek Puspa, musik Indonesia dibawa hingga ke panggung-panggung negara sahabat.
Mereka kerap tampil dalam acara kenegaraan, mendampingi Presiden Soekarno dalam berbagai lawatan penting ke luar negeri, termasuk ke Prancis dan Belanda.
Salah satu agenda besar mereka sempat direncanakan untuk tampil dalam peringatan satu dekade Konferensi Asia-Afrika di Aljazair.
Namun sayangnya, rencana itu batal karena kudeta yang terjadi di negara tersebut.
Penampilan Titiek Puspa di Istana Negara di berbagai kesempatan kenegaraan menjadi salah satu momen ikonik dalam sejarah musik Indonesia.
Ia menjadi penyanyi istana pertama yang tampil di hadapan presiden dan tamu-tamu negara, membawa pesan budaya melalui harmoni suara dan lirik.
Grup Lensois sendiri menjadi simbol dari semangat nasionalisme dan diplomasi budaya di awal masa kemerdekaan Indonesia.
Titiek Puspa menjadi satu-satunya anggota Lensois yang masih hidup hingga akhirnya berpulang pada 10 April 2025.
Kepergiannya menutup babak sejarah Lensois dan juga menjadi penanda berakhirnya era emas penyanyi istana.
Warisan Titiek Puspa sebagai seorang seniman tidak berhenti pada karya-karyanya yang abadi, tetapi juga pada perannya sebagai jembatan budaya Indonesia ke dunia internasional—peran yang ia emban dengan penuh dedikasi sejak namanya disematkan langsung oleh sang proklamator bangsa.***