"Jadi mereka sudah punya pasport?," lanjut si ibu.
"Alhamdulillah sudah punya, makcik".
"Aaaa...hebat kecil-kecil sudah pergi ke luar negeri," tukas si bapak.
**
Si mas petugas loket ramah melayani anak-anak. Sesekali tersenyum melihat tingkah lucu mereka di depan loket. Ia sigap mempersiapkan label bagasi dan menempel stikernya di tiket anak-anak.
"Apakah habis mengikuti lomba, cikgu?," ia bertanya.
"Budak-budak lawatan ke Singapura dan beberapa sekolah di Malaysia," ujar Mr. Opik.
"Dari kapan?"
"Kami berangkat tanggal 28 April."
"Tak ade bapak-emak?"
"Tak ada, mereka bersama kami guru-gurunya."
"Owwh..."
Ya, hanya "owh..." tapi menyiratkan kekaguman kepada para siswa, mereka berumur 9-10 tahun tapi sudah berani bepergian keluar negeri tanpa kawalan orang tua.
Penerbangan ke Jakarta ditempuh sekitar 1 jam 50 menit. Di atas pesawat penulis satu bangku dengan Ainani dan Kekhet. Kedua anak ini tertawa terkekeh-kekeh melihat tingkah Koci yang duduk di barisan depannya. Mukanya yang bulat dimunculkan di sela-sela bangku dengan ekspresi lucu. Ah, mereka paling bisa mengusir kepenatan.
Pesawat mendarat dengan mulus di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Orang tua siswa tak sabar menanti kedatangan putra-putrinya. Peluk cium mewarnai pertemuan mereka. Kerinduan selama lima hari perjalanan tertumpah di pintu kedatangan.