berita

Ribuan Aktivis Kemanusiaan Global March to Gaza Tertahan di Kairo, Ketua KPIPA: Ini Bukan Akhir Perjuangan

Kamis, 19 Juni 2025 | 21:18 WIB
Foto: Istimewa

Edisi.co.id, Jakarta - Ribuan aktivis kemanusiaan yang hendak melakukan perjalanan menuju Rafah dipaksa menghentikan aksi damainya oleh otoritas Mesir. Lebih dari 4000 orang dari 80 negara yang terdaftar untuk mengikuti aksi "Global March to Gaza" dipulangkan ke negara masing-masing setelah gagal mendapat izin dari pemerintah Mesir.

Seperti diketahui, gerakan Global March to Gaza membawa misi kemanusiaan bagi dibukanya blokade bantuan makanan dan obat-obatan serta dihentikannya genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Gaza. Namun, aksi tersebut terhenti di Kairo setelah mendapat larangan dari pemerintah setempat.

Para aktivis dari seluruh dunia, diantaranya bergabung Ketua Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al Aqsha (KPIPA), Nurjanah Hulwani yang sedianya akan berkumpul di Mesir untuk bergerak bersama-sama ke Al-Arish, lalu berjalan kaki selama dua hari menuju gerbang Rafah. Namun, sejak tanggal 12 hingga 15 Juni 2025 mereka tidak diperkenankan melakukan aksi. Sebagian aktivis yang sudah berada di Mesir dideportasi ke negara masing-masing.

Baca Juga: Iran Ancam Kejutan Besar untuk Israel: Akan Dikenang Selama Berabad-abad

Ketua KPIPA, Nurjanah Hulwani, menjelasakan, ia bersama aktivis Indonesia Salman Al-Farisi dari MINDA, Maryam Rachmayani yang mewakili Adara dan ARI BP, serta Indah Kurniati dari Adara. Mereka hanya bisa menunggu di hotel Kairo sebelum akhirnya pulang ke tanah air. Rombongan diperintahkan untuk tetap di hotel hingga mendapat izin keluar.

"Hari kedua di Mesir, tanggal 13 Juni 2025, para aktivis yang sudah ada di Mesir berencana untuk berkumpul di Ismailiyah. Maka, saya dan rombongan berencana untuk bergerak ke Ismailiyah. Namun, aktivis lain yang belum sampai di sana sudah dihadang polisi Mesir di Distrik 10 Ramadhan, sebuah wilayah antara Kairo dan Ismailiyah," tutur Nurjanah dalam keterangan tertulisnya, Kamis (19/6/2025).

Selanjutnya, ia menyebutkan, sebagian dari mereka ditahan dan sebagian dipaksa masuk bus menuju bandara untuk dipulangkan ke negaranya masing-masing. Paspor mereka pun disita aparat dan hanya bisa diambil di bandara Kairo.

Baca Juga: Kemendagri Larang Ormas Pakai Seragam Mirip TNI-Polri, Pemuda Pancasila Kalteng: Kami Ini Organisasi Komando

"Saya dan rombongan yang merencanakan perjalanan ke Ismailiyah pada hari Sabtu setelah subuh (14/6/25), terpaksa menunda perjalanan karena kami mendapat arahan dari panitia untuk kembali ke hotel. Menurut mereka, keselamatan kami lebih utama," imbuhnya.

Namun demikian, kata Nurjanah, belum berhasilnya aktivis bela Palestina berkumpul bersama-sama di depan pintu Rafah bukanlah akhir dari perjuangan.

"Bisa jadi ini ujian kesabaran untuk terus menyuarakan pembelaan pada Palestina di negara masing-masing. Insya Allah, akan datang saatnya kita bisa bersama-sama membuka blokade dan menghentikan genosida di Gaza secara permanen atas izin Allah," pungkasnya.

Untuk menyemangati peserta aksi, panitia penyelenggara mengatakan bahwa mereka tidak sendiri.

Baca Juga: Kemendikdasmen-Gubernur Jabar Bahas Program Revitalisasi Sarpras dan Angka Putus Sekolah

"Puluhan ribu orang bergabung dengan saluran-saluran Telegram kita, dan jutaan manusia di seluruh dunia sedang menonton—berharap, berdoa, dan mempercayai apa yang sedang kita bangun bersama. Ini bukanlah sebuah peristiwa biasa. Ini adalah sebuah aksi global melawan keheningan dan keterlibatan, yang tercermin bukan hanya pada kehadiran kita di Mesir tetapi di lebih dari 50 aksi solidaritas terkoordinasi di kota-kota dan komunitas-komunitas di seluruh dunia." Demikian isi pemberitahuan panitia yang disampaikan kepada peserta aksi.

Halaman:

Tags

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB