Edisi.co.id— Pemerintah Kota Depok kembali menunjukkan komitmennya dalam upaya percepatan penurunan stunting melalui gelaran Rembuk Stunting Kota Depok Tahun 2025.
Dalam acara ini, Wakil Wali Kota Depok, Chandra Rahmansyah, yang hadir mewakili Wali Kota, menyampaikan terima kasih atas kehadiran para pemangku kepentingan, media, dan seluruh tim pelaksana yang terus berkontribusi dalam upaya pencegahan stunting di Kota Depok.
Dalam sambutannya, Wakil Wali Kota menyoroti capaian penting Kota Depok dalam penurunan angka stunting.
Baca Juga: Wow Keren Banget! Wali Kota Depok Naikan Bantuan RTLH jadi Rp 40 Juta per Unit
Berdasarkan data per Februari 2025, prevalensi stunting di Depok tercatat sebesar 3,79%, bahkan menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 sebesar 12,5%, yang keduanya berada di bawah rata-rata nasional.
Meski demikian, angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan beberapa daerah seperti Kabupaten Cianjur.
"Ini adalah capaian yang patut kita apresiasi, tetapi kita tidak boleh lengah. Masih ada tantangan besar, terutama terkait tingginya proporsi keluarga perokok, yang mencapai 66,6% dan menjadi determinan utama penyebab stunting di Depok," ujar Chandra.
Sejalan dengan perubahan paradigma nasional, Pemkot Depok kini menggeser fokus dari penanganan anak stunting ke pencegahan stunting. Upaya ini diwujudkan dalam target ambisius “Zero New Stunting” pada tahun 2029.
Untuk mencapai target tersebut, Pemerintah Kota Depok menetapkan strategi prioritas, antara lain:
1. Kampanye masif keluarga bebas asap rokok,
2. Penguatan deteksi dini masalah gizi di Posyandu,
3. Intervensi berbasis wilayah dengan fokus pada kecamatan yang memiliki angka kasus lebih tinggi, seperti Sawangan, Bojongsari, dan Pancoran Mas,
4. Intervensi dari hulu, mulai dari peningkatan status gizi remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, hingga ibu dalam masa nifas.
Wakil Wali Kota juga menekankan pentingnya peran camat sebagai garda terdepan dalam upaya pencegahan stunting berbasis wilayah. Pendekatan teritorial ini diharapkan mampu menghasilkan intervensi yang lebih tepat sasaran sesuai karakteristik masing-masing daerah.
“Dengan kolaborasi lintas sektor, kerja keras seluruh pihak, dan keterlibatan aktif masyarakat, saya yakin target ‘Zero New Stunting’ tahun 2029 bukanlah hal yang mustahil,” ujar Chandra.