Edisi.co.id, Kabupten Bandung - Kepala Sekolah SMP Prima Cendekia Islami, Beny Saputro, memberikan tanggapan serius terkait insiden kekerasan perundungan atau bullying yang sampai menewaskan seorang santri di Pondok Pesantren Darul Rahman, Bogor. Pelaku dugaan bullying tersebut adalah teman sesama korban.
Beny menyampaikan rasa duka cita yang mendalam serta penyesalan atas kejadian yang kembali terjadi, terlebih karena korban dan pelaku adalah teman sendiri.
“Saya sangat menyayangkan dan menyesalkan peristiwa ini terjadi lagi. Apalagi bullying ini terjadi pada teman sendiri,” ujarnya kepada edisi.co.id, Ahad (21/9/2025).
Baca Juga: Mahasiswa MMTC Gelar GameTech Expo, Menkomdigi: Dorong Industri Gim Lokal
Menurut Beny, di era generasi milenial yang akses informasi tentang bahaya dan sanksi bullying mudah didapat, seharusnya fenomena kekerasan perundungan sudah tidak lagi terjadi.
“Kekerasan bullying atau perundungan adalah kejahatan yang tidak bisa ditolerir. Bullying bisa terjadi antara murid ke murid, murid ke guru, bahkan guru ke guru,” tegasnya.
Beny menilai, bullying biasanya berawal dari candaan berlebihan yang kemudian menimbulkan rasa dendam hingga berujung kekerasan. Untuk itu, pencegahan harus dilakukan sedini mungkin dengan kerja sama seluruh warga sekolah.
“Peran guru amatlah penting dalam mencegah bullying. Guru harus memberikan edukasi mengenai bahaya kekerasan perundungan kepada seluruh siswa,” tambahnya.
Baca Juga: Jakarta Tuan Rumah ASN Run 2025, Gubernur Pramono: Bukti Kota Aman dan Nyaman
Lebih lanjut, ia menekankan perlunya pengawasan ekstra dari guru terhadap kegiatan murid di sekolah dan strategi memecah kelompok pertemanan atau genk-genk yang berpotensi menjadi sumber bullying.
“Guru harus membaurkan seluruh muridnya. Memang tidak mudah, tetapi ini salah satu cara mencegah bullying,” jelas Beny.
Selain itu, Beny menyoroti pentingnya peran orangtua dalam memberikan edukasi dan nasihat agar anak memahami bahwa bullying adalah perbuatan salah dan berdosa besar dalam agama manapun.
“Sinergi antara guru dan orang tua serta edukasi agama sangat diperlukan untuk mencegah kekerasan perundungan,” ujarnya.
Baca Juga: Wamendikdasmen Atip: Jangan Takut Ikut TKA untuk Mengenali Potensi Keragaman Kemampuan Murid