edisi.co.id - Publik Tanah Air tengah dihebohkan dengan insiden ambruknya bangunan musala tiga lantai milik Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin, 29 September 2025 lalu.
Hingga Sabtu, 4 Oktober 2025, Kepala Kantor Basarnas Surabaya, Nanang Sigit menyatakan total korban dalam insiden ini mencapai 118 orang.
"Jumlah total sekarang 118 orang, dengan rincian 14 meninggal dunia dan 104 selamat," kata Nanang di lokasi kejadian, Sidoarjo, pada hari yang sama.
Sebelumnya, Tim SAR Gabungan menyatakan tidak lagi menemukan tanda kehidupan di balik puing reruntuhan bangunan beton Ponpes Al Khoziny, pada Kamis, 2 Oktober 2025.
Melihat ke belakang, Syaiful Rosi Abdillah (13), diketahui menjadi korban terakhir yang berhasil diselamatkan dalam keadaan hidup dan kini mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit setempat.
Momen penyelamatan para korban kini membawa berbagai cerita pilu hingga haru di balik proses evakuasi.
Hal itu tidak terlepas dari keputusan genting Tim SAR Gabungan dalam proses evakuasi hingga perjuangan para korban yang bertahan, dan diiringi doa-doa keluarga hingga masyarakat yang menanti dengan harap cemas.
Berikut ini rangkuman tentang sederet cerita para korban yang selamat dari insiden ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo:
Terpaksa Diamputasi di Bawah Puing
Cerita pertama datang dari korban selamat dari insiden runtuhnya bangunan Al Khoziny, Nur Ahmad yang berhasil dievakuasi pada Selasa, 30 September 2025.
Nahas, saat itu Nur Ahmad terpaksa tangannya diamputasi Tim SAR Gabungan demi bisa menyelamatkan diri dari bangunan yang menghimpitnya.
Salah satu nakes yang turun langsung saat itu adalah dr. Aaron Franklyn Suaduon Simatupang.
Bagi Aaron, saat itu tidak ada misi lain kecuali membawa keluar Ahmad dan menyelamatkan nyawanya dalam kondisi hidup.