edisi.co.id - Basarnas resmi menutup proses evakuasi dan pencarian korban runtuhnya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur yang ambruk pada 29 September 2025.
Selama 9 hari pencarian, Basarnas menyatakan bahwa seluruh korban sudah berhasil dievakuasi dari runtuhan bangunan.
Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI M. Syafii menyatakan tim SAR Gabungan telah berhasil mengevakuasi 171 orang, termasuk di dalamnya adalah 8 body part.
Dalam apel penutupan yang dilakukan pada Selasa, 7 Oktober 2025, Syafii menjabarkan ada 104 korban selamat dan 67 meninggal dunia yang termasuk 8 body part.
“Seluruh korban telah berhasil dievakuasi dari lokasi dan telah diserahterimakan ke Disaster Victim Identification (DVI) Bidokkes Polda Jawa Timur untuk ditindaklanjuti proses identifikasi secara ilmiah dan resmi,” ujar Syafii.
“Kami mengimbau kepada seluruh keluarga korban dan masyarakat untuk menunggu hasil identifikasi resmi yang disampaikan oleh DVI sebagai satu-satunya sumber sah dan akurat,” jelasnya.
Sementara menurut BNPB, korban meninggal dunia disebut ada 61 orang karena perbedaan metode perhitungan korban dengan Basarnas.
“Tidak ada perbedaan (jumlah korban), Basarnas menghitung jumlah kantong jenazah, dari sekian kantong itu ada body part. Kalau dari BNPB, karena utuh kita anggap ada 61, jadi tidak ada perbedaan ya,” kata Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan kepada wartawan pada Selasa, 7 Oktober 2025.
Ponpes Al Khoziny Sudah ‘Clear Area’
Saat evakuasi ditutup, kata Syafii, berarti area insiden ambruknya musala Ponpes Al Khoziny sudah clear.
“Dengan ditemukannya korban terakhir dan setelah kita laksanakan assessment, reassessment, kita pastikan bahwa area kejadian sudah bisa kita clear-kan,” ucap Syafi.
“Material-material kejadian sudah bisa kita angkat dan kita semua telah mengevakuasi korban sejumlah yang sampaikan tadi,” imbuhnya.
Proses Hukum akan Dilakukan Polda Jawa Timur