Edisi.co.id- Fenomena fatherless atau ketidakhadiran ayah, baik secara fisik maupun emosional, menjadi sorotan serius Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Jawa Barat. Di tengah kesibukan hidup modern yang sering menyita waktu orang tua, kehadiran ayah dalam pengasuhan kini dianggap sebagai kunci penting bagi tumbuh kembang anak.
Hal itu disampaikan Ketua Tim Kerja Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera Kemendukbangga/BKKBN Jabar, Arif Rifqi Zaidan, dalam kegiatan sosialisasi Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) dan Gerakan Ayah Mengambil Rapor (GEMAR) yang digelar menjelang akhir tahun.
Zaidan mengungkapkan, program GATI yang diluncurkan pada 21 April 2025 berangkat dari keprihatinan terhadap meningkatnya jumlah anak yang tumbuh tanpa figur ayah. Data terbaru menunjukkan, sekitar 25,8 persen anak Indonesia mengalami kondisi *fatherless*. Di Jawa Barat, angkanya lebih tinggi, mencapai 29,5 persen.
Baca Juga: Langkah Strategis Pemulihan Kerusakan Lingkungan dan Antisipasi Bencana Lanjutan di Sumatera Barat
“Banyak ayah bekerja keras untuk keluarganya, namun tak jarang lupa hadir secara batin bagi anak. Padahal pelukan, sapaan, dan waktu sederhana bersama memiliki arti besar,” kata Zaidan. Ia menekankan bahwa ketidakhadiran tersebut tidak hanya berdampak pada hubungan keluarga, tapi juga pada kesehatan mental remaja. Tercatat 33 persen remaja mengalami masalah kesehatan mental, namun hanya sebagian kecil yang benar-benar menyadarinya.
Guna mengembalikan kehangatan peran ayah di dalam keluarga, pemerintah meluncurkan Gerakan Ayah Mengambil Rapor (GEMAR) melalui Surat Edaran Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Nomor 14 Tahun 2025. Lewat gerakan ini, ayah dari anak PAUD hingga SMA diajak untuk hadir langsung saat pengambilan rapor pada Desember 2025. Pemerintah daerah dan tempat kerja juga didorong untuk memberi kelonggaran waktu agar para ayah bisa mendampingi anak di momen tersebut.
Tak hanya itu, masyarakat diajak turut merayakan kebersamaan ini melalui unggahan foto bertagar **#SekolahBersamaAyah**.
Zaidan menegaskan, gerakan ini bukan sekadar ajakan sesaat, tetapi langkah nyata membangun kembali ikatan emosional ayah dan anak. “Kehadiran ayah bukan hanya soal menafkahi, tapi tentang menjadi rumah yang memberi rasa aman bagi anak,” ujarnya.
Gerakan ini diharapkan menjadi angin segar bagi keluarga-keluarga Indonesia, sekaligus pengingat bahwa kehadiran seorang ayah—sekecil apa pun bentuknya—dapat menjadi hadiah terbesar bagi tumbuh kembang anak.